JAKARTA, NEWSURBAN.ID – Kabar miliuner Rusia Roman Abramovich diracun bikin geger. Pemilik klub bola Inggris Chelsea itu di laporkan mengalami keracunan saat berusaha mempertemukan delegasi Rusia dan Ukraina untuk menghentikan perang.
Wall Street Journal melaporkan, seorang sumber yang dekat dengan Roman Abramovich memaparkan hal ini. Ini juga di alami oleh anggota parlemen Ukraina Rustem Umerov dan seorang negosiator Ukraina lain.
Ketiganya di sebutkan mengalami sejumlah gejala seperti mata merah, robekan terus-menerus. Dan, kulit mengelupas di wajah dan tangan. Itu tak lama setelah perundingan damai di lakukan 3 Maret 2022.
Meski begitu, kondisi Abramovich dan negosiator Ukraina saat ini di laporkan telah sehat. Belum ada gejala-gejala mematikan yang muncul.
“Abramovich dan negosiator Ukraina, termasuk anggota parlemen Tatar Krimea Umerov, telah membaik dan hidup mereka tidak dalam bahaya,” lapor media AS itu, Senin (27/3/2022).
Lalu siapa dalangnya? Spekulasi mengenai siapa yang menyebabkan keracunan ini pun beredar luas. Sebuah teori menyebutkan kelompok garis keras Rusia yang tak ingin perdamaian merupakan dalang dari aksi ini.
Pasalnya, ketiganya dilaporkan sempat mengonsumsi coklat dan air putih sebelum dialog. Namun ini belum dapat di buktikan secara pasti karena di laporkan juga seorang yang mengkonsumsi hal yang sama namun tidak menunjukan gejala aneh.
Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) berasumsi bahwa ini bukanlah keracunan. Seorang sumber intelijen Washington dalam laporannya menyebut ini merupakan dampak ‘lingkungan’ tanpa merinci maksudnya dengan jelas.
Peringatan Menlu Ukraina
Sementara itu, untuk mencegah potensi keracunan lain, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba meminta agar delegasi tidak mengonsumsi apapun selama dialog antara kedua negara berlangsung.
“Saya menyarankan siapa pun yang akan bernegosiasi dengan Rusia untuk tidak makan atau minum apa pun, ( dan) sebaiknya menghindari menyentuh permukaan,” paparnya.
Pasukan Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang di sebut Presiden Vladimir Putin sebagai “operasi militer khusus” untuk mendemiliterisasi Ukraina.
Ukraina dan Barat mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan perang agresi yang tidak beralasan.
Sementara itu, Kremlin mengatakan Abramovich memainkan peran awal dalam pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina. Tetapi prosesnya sekarang berada di tangan tim perunding kedua belah pihak.
Kedua pihak sendiri akan bertemu di Istanbul pada hari Selasa untuk pembicaraan damai tatap muka pertama dalam lebih dari dua minggu.
Kuleba mengatakan, harapan paling ambisius Ukraina untuk pembicaraan minggu ini adalah untuk menyetujui gencatan senjata. Tetapi ia juga menegaskan pemerintahnya memiliki garis merah yang jelas, dan tidak akan menyerahkan tanah atau kedaulatan apapun kepada Moskow. (bs/*)