Perluas Cakupan Layanan, Amazon Akan Tanggung Biaya Perjalanan Karyawan di AS untuk Aborsi

JAKARTA, NEWSURBAN.ID — Biaya perjalanan untuk aborsi di Amerika Serikat akan ditanggung Amazon. Amazon mengonfirmasi hal tersebut.

Perusahaan multinasional yang bermarkas di Seattle Washington itu, bakal memperluas cakupan medis pagi pekerja AS. Termasuk di antaranya menanggung biaya perjalanan untuk aborsi.

Hal itu terkonfirmasi pada Senin (2/5) menanggapi upaya negara memblokir akses tersebut di banyak negara bagian.

Baca Juga: Motornya Dijual, Adik Tikam Kakak Hingga Tewas

Amazon akan mengganti biaya perjalanan dan penginapan hingga USD4 ribu atau sekitar Rp58,1 juta (USD1=Rp14.526,6) untuk karyawan. Jika harus pergi lebih dari 160 kilometer untuk mendapatkan perawatan yang di perlukan.

Raksasa ritel itu, bergabung dengan sejumlah perusahaan yang mengambil langkah sendiri terhadap manuver negara untuk memblokir akses perempuan ke aborsi.

Sebelumnya, kebijakan serupa sudah-diumumkan Citigroup pada Maret 2022. Mereka mengatakan bakal memberikan manfaat perjalanan untuk memfasilitasi akses ke sumber daya yang memadai.

Lebih dari 50 perusahaan AS, termasuk layanan ulasan online Yelp, pembuat pakaian Patagonia dan aplikasi transportasi online Lyft, akhir tahun lalu menandatangani pernyataan menentang undang-undang Texas baru yang melarang aborsi setelah enam minggu kehamilan.

Baca Juga: Amerika Serikat Siapkan Cara Baru Menghukum Kremlin atas Invasi Rusia ke Ukraina

Sementara itu, AFP pada Senin (2/5) melansir, perusahaan Salesforce juga menawarkan relokasi karyawan di Texas ke negara bagian lain, setelah UU tersebut berlaku di sana.

Di ketahui, pada 2021, Mahkamah Agung Amerika Serikat menolak pemblokiran Undang-undang Texas. Terkait aborsi pada Jumat (10/12) waktu AS. UU itu melarang sebagian besar aborsi setelah janin berusia enam minggu.

Dalam kurun waktu tersebut, detak jantung janin sudah terdeteksi. Namun, banyak perempuan bahkan belum menyadari dirinya hamil dalam waktu tersebut.

Putusan itu muncul usai mayoritas kelompok konservatif di pengadilan menunjukkan kecenderungan pembatalan Roe v Wade, dalam kasus lain.

Baca Juga: Dampak Rusia Invasi Ukraina, Puluhan Perusahaan Kakap Ini Angkat Kaki dari Negeri Beruang Merah

Roe v wade merupakan keputusan penting pada 1973 yang menyatakan akses aborsi adalah hak konstitusional. Aturan ini juga menjamin hak perempuan melakukan aborsi sampai sekitar 22 hingga 24 minggu usia kehamilan.

UU yang membatasi aborsi telah di sahkan di sejumlah negara bagian Amerika. Namun, aturan itu di tolak di pengadilan karena bertentangan dengan Roe v. Wade.

Senat Texas Bill 8 (SB8) melakukan upaya berbeda dengan memberi hak masyarakat untuk menuntut dokter. Yang melakukan aborsi atau siapapun yang memfasilitasi mereka, jika detak jantung dalam rahim sudah terdeteksi.

Mereka bisa di kenai sanksi sebesar USD10 ribu jika kedapatan melakukan hal tersebut.

Baca Juga: Presiden Biden Sebut Jakarta dalam Ancaman Besar Bikin Heboh

Hakim Sonia Sotomayor dan dua hakim liberal lain, mengatakan pengadilan harusnya turun tangan untuk memblokir UU Texas.

UU itu, lanjutnya, mengancam penyedia layanan aborsi dengan nominal ganti rugi yang tidak terbatas. Banyak klinik di Texas tak lagi beroperasi karena takut akan tuntutan hukum yang ada.

Pada September lalu, menurut studi Universitas Texas, jumlah aborsi di negara bagian itu turun menjadi 2.100 padahal sebelumnya di angka 4.300. (bs/cr)

Exit mobile version