JAKARTA, NEWSURBAN.ID — Sebanyak 204 calon haji yang akan menjalani safari wukuf di Padang Arafah dalam rangkaian ibadah haji 2022. Pernyataan itu,disampaikan Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Arab Saudi, Minggu (3/7) WIB.
KKHI Daker Mekkah juga menyebutkan, Safari wukuf di Padang Arafah adalah proses ijtihad yang-dilakukan saat puncak haji. Bagi jemaah Indonesia yang uzur atau mengalami aral untuk melaksanakan rukun haji di Padang Arafah.
Dalam proses ini, jemaah haji yang-dirawat di rumah sakit Indonesia di bawa ke Padang Arafah. Jemaah-dibawa menggunakan ambulans atau bus khusus untuk melaksanakan wukuf.
Baca Juga: Lepas Jemaah Haji Kota Makassar, Sekda Muhammad Ansar Ingatkan Jaga Kesehatan
“Per hari ini kita sudah skrining lebih dari 1.000 calon haji yang risiko tinggi. Dari 1.000 yang risiko tinggi, kita lakukan ‘medical check up’ ada 204 orang yang harus-disafariwukufkan,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI Budi Sylvana di Mekkah, Jumat (1/7).
Budi, kemudian mengatakan, kondisi kesehatan calon haji tersebut tidak memungkinkan untuk wukuf atau lempar jumrah secara mandiri.
“Jadi kita akan usulkan kepada Kemenag agar 204 orang ini bisa di safariwukufkan,” katanya.
Baca Juga: Menag Yaqut Cek Dapur Katering Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi
Dia menyebutkan, sebanyak 204 calon haji tersebut sifatnya masih dinamis. Sehari sebelum wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah atau 8 Juli 2022 akan ditentukan calon haji yang akan disafariwukufkan.
“Mudah-mudahan tidak bertambah, tetapi calon haji terus diskrining ulang. Jadi kepada calon haji yang kondisi kesehatannya secara medis tidak memenuhi syarat untuk wukuf atau lempar jumrah secara mandiri kita akan tetap minta disafariwukufkan demi keselamatan mereka,” kata Budi.
Lebih lanjut Budi mengatakan, musim haji tahun ini KKHI Mekkah melakukan skrining ulang seluruh calon haji risiko tinggi dengan layanan kesehatan spesialis.
Baca Juga: Haji Furoda 2022 Bersama Ampuh, Kemenag: Mendaftar Tahun Ini, Jemaah Langsung Berangkat
Hal ini,dilakukan agar angka kesakitan jemaah bisa terkendali. Dari skrining tersebut dapat di ketahui mana calon haji yang mampu wukuf mandiri dan mana yang perlu safari wukuf.
Ia mengatakan Saat ini memasuki masa kritis ibadah haji dan puncaknya pada saat di Arafah, Muzdalifah; dan Mina (Armuzna), maka skrining ulang harus selesai sebelum 9 Dzulhijjah.
Budi mengatakan saat ini mayoritas calon haji risiko tinggi memiliki penyakit komorbid hipertensi dan terkait kardiovaskular. Berbeda dengan prediksi awal yang-diperkirakan akan banyak penyakit terkait pernapasan karena masih pandemi Covid-19.
Baca Juga: Lepas 516 CJH Makassar, Danny Beri Pesan Tiga Poin Penting
“Mungkin karena jemaah kita tahun ini masih tertib prokes, masih banyak jemaah memakai masker sehingga angka penyakit parunya tidak sedahysat yang di perkirakan,” kata Budi.
Jumlah Bus Safari Wukuf untuk Jemaah Haji Indonesia
Tim Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) daerah kerja Mekkah sudah menyiapkan 10 bus untuk safari wukuf jemaah haji yang sakit.
“Kami menyediakan kurang lebih 10 bus. Empat bus untuk jemaah sakit yang posisinya di baringkan dan enam bus di siapkan untuk jemaah safari wukuf dalam kondisi duduk,” kata Kepala Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah dr Andi Ardjuna Sakti di Mekkah, Rabu (29/6).
Baca Juga: Lepas 195 JCH Kabupaten Gowa, Sekda Kamsina Harap Laksanakan Ibadah dengan Khusyuk
Untuk bus yang duduk, jumlah kursi yang di isi kurang lebih 50 persen, dengan estimasi satu bus dapat membawa 25 jemaah. Sehingga total sekitar 125 jemaah haji bisa-di-safariwukufkan dengan bus.
Sedangkan untuk jemaah yang berbaring di siapkan empat bus. Dengan kapasitas masing-masing bus kurang lebih di isi enam sampai delapan jemaah.
Pada setiap bus, KKHI Mekkah akan menugaskan tim yang terdiri dari dokter, perawat dan tenaga pendukung kesehatan (TPK).
Kemudian setiap bus akan di isi pembimbing ibadah. “Jadi jemaah yang akan disafariwukufkan tidak akan terlepas dari pelayanan kesehatan dan ibadah yang merupakan kolaborasi antara Kemenag dan Kemenkes,” jelas Budi. (ant/cr)