LUWU, NEWSURBAN.ID – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama PT Masmindo Dwi Area (Masmindo) berkolaborasi melakukan kegiatan tanggap bencana di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kegiatan ini mengingat masuknya musim penghujan. Ini mengkwatirkan berbagai bencana yang akan terjadi seperti bencana tanah longsor dan banjir menjadi risiko utama bagi masyarakat.
Berdasarkan pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu, Latimojong merupakan zona merah kebencanaan dengan potensi bencana alam seperti longsor, banjir dan angin puting beliung.
Kegiatan ini mengusung tema “Sosialisasi & Simulasi Tanggap Bencana” pada Sabtu 16 Desember 2023 bertempat di SMP 3 Bastem Desa Kadundung. Bakal hadir oleh kurang lebih 50 perwakilan masyarakat dari 4 (empat) desa di Kecamatan Latimojong.
Baca juga: Asisten 1 Luwu Resmi Buka Program Komunikasi Publik Masmindo 2023
Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Alamsyah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Luwu Enrika Nurthalib. Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Luwu Usdin Iskandar. Serta hadir pula perwakilan Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Luwu.
Turut hadir pula Camat Latimojong, para Kepala Desa dan Kepala Dusun dari Desa To’Barru, Kadundung, Rante Balla, dan Pajang, serta perwakilan manajemen dan karyawan Masmindo.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu, Enrika Nurthalib menjelaskan secara teoritis kita semua telah memahami dengan baik, semua hal terkait pelestarian lingkungan. Tetapi pada prakteknya masih banyak hal yang terjadi seperti penebangan pohon di hutan secara sembarangan.
Baca juga: Tahap Akhir Konpensasi Lahan, PT Masmindo Fokus Dua Desa di Kecamatan Latimojong
Akibatnya, katanya, hasil penebangan tersebut hanyut dan berdampak besar bagi lingkungan karena berpotensi menimbulkan bencana banjir yang merugikan masyarakat.
“Dengan sedang terjadinya perubahan iklim saat ini, mari kita semua lebih waspada terhadap potensi-potensi bencana, terutama dalam empat hingga lima bulan ke depan,” ujarnya.
Faktor lain, lanjut Enrika yang juga bisa menjadi potensi bencana dan memperparah dampak. “Warga yang posisi rumahnya membelakangi sungai cenderung menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah secara sembarangan, sehingga tentunya hal ini akan menimbulkan dampak lingkungan dan berpotensi menimbulkan banjir,” ungkapnya.
“Selain perlunya menjaga kebersihan sungai, untuk meminimalkan dampak bencana kami juga menghimbau agar warga masyarakat tidak membangun pemukiman di daerah bantaran sungai. Yakni dalam radius area lk. 50 m,” tambah Enrika.
Baca juga: Diduga Bermasalah, DPRD Luwu Soroti Proyek Rp 67 Miliar Bersumber dari Masmindo
Pihak BPBD juga memberikan materi seputar regulasi pembentukan Desa Tanggap Bencana (DESTANA). Sejalan dengan materi tersebut ditegaskan bahwa kegiatan sosialisasi dan simulasi yang dilakukan ini merupakan langkah awal menuju pembentukan DESTANA.
Camat Latimojong Supriadi mengapresiasi langkah Masmindo dan seluruh pihak terkait atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Saya sangat mengapresiasi upaya dan koordinasi Masmindo yang sudah melibatkan segenap stakeholders dalam hal sosialisasi penanganan bencana. Kegiatan ini merupakan bentuk keseriusan dengan keterlibatan dan sinergi semua pihak serta kesiapsiagaan kita semua dalam menghadapi potensi bencana alam yang rawan terjadi di waktu-waktu mendatang.”
Kegiatan ini ditutup dengan simulasi BPBD Luwu terkait tata cara pengangkatan (evakuasi) korban ketika terjadi bencana. Baik yang bisa-dilakukan oleh 1, 2 hingga 3 orang penolong.
Simulasi ini juga kemudian di praktekkan langsung oleh peserta yang hadir dengan penuh semangat, di bawah bimbingan personil BPBD Luwu. (Arif/*)