MAKASSAR, NEWSURBAN.ID – Ketua TP PKK Kota Makassar, Melinda Aksa, tinjau Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) di Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Jumat (27/6/25).
Kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen TP PKK Kota Makassar untuk mendukung upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang ramah lingkungan, sekaligus mendorong penguatan program urban farming dan ketahanan pangan di wilayah pesisir kota.
Dalam tinjauannya, Melinda didampingi oleh Camat Biringkanaya, Juliaman, Lurah Untia, Mulyadi Setiawan, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup, serta para PJS RT/RW. Mereka menyusuri berbagai titik pengelolaan sampah seperti bank sampah unit, TPS3R, hingga area pengolahan maggot dan lahan pertanian warga.
Baca Juga: Melinda Aksa Tinjau Kelurahan Pannampu Jelang Penilaian Lomba Kelurahan Terpadu Tingkat Provinsi
Melinda mengapresiasi sistem pengelolaan sampah yang sudah mulai berjalan, terutama pemilahan sampah dari rumah tangga, sistem penjemputan sampah organik oleh satgas kelurahan, serta proses distribusi ke bank sampah hingga TPS3R.
“Saya melihat Untia punya potensi besar menjadi wilayah percontohan pengelolaan sampah berbasis komunitas. Sistemnya sudah mulai terbentuk, tinggal kita perkuat dan sinergikan dengan semua stakeholder,” ujar Melinda.
Ia menyoroti bahwa sampah dapur organik sebenarnya memiliki peluang tinggi untuk dimanfaatkan menjadi kompos dan pakan maggot. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa 40-50 kg sampah dapur per hari sudah berhasil dikelola menjadi pupuk kandang dan pakan budidaya maggot.
Baca Juga: Bunda PAUD Makassar Dorong Implementasi Perwali Nomor 51/2021 tentang PAUD Satu Tahun Pra-SD
“Kalau ini,dilakukan rutin dan konsisten, Untia bisa mendekati zero waste. Tapi ini butuh dukungan semua pihak masyarakat, kelurahan, kecamatan, dan dinas. Kita harus duduk bersama menyusun strategi,” tegasnya.
Menurutnya, pengelolaan maggot juga bisa di tingkatkan dengan menambahkan bahan campuran tinggi protein. Sementara lalat mati dari budidaya tersebut dapat di manfaatkan sebagai media tanam. Hal ini sejalan dengan konsep “circular economy” yang ramah lingkungan dan berdaya guna.
Selain itu, Melinda juga mengusulkan agar sistem penjemputan sampah anorganik dan organik di pisahkan waktunya agar tidak tercampur kembali. Serta menambah unit bank sampah untuk memperluas jangkauan partisipasi warga.
Baca Juga: Melinda Aksa Apresiasi Anak Muda Makassar di Balik Gerakan Peduli Sampah ala Artani
Ia menilai program ini tidak hanya berdampak pada lingkungan. Tetapi juga bisa di integrasikan dengan sektor perikanan, pertanian, dan ketahanan pangan rumah tangga. “Urban farming bisa di kembangkan di area ini, mendukung konsep mandiri pangan dan ekonomi berbasis komunitas,” tambahnya.
Di akhir kunjungannya, Melinda menekankan pentingnya peran edukasi dan pendampingan langsung ke masyarakat. “DLH dan semua perangkat harus hadir di tengah warga, memberikan penyuluhan yang konkret. Kita tidak bisa hanya instruksi, harus ada interaksi,” katanya.
Dengan jumlah warga sekitar 2.100 jiwa, Kelurahan Untia menjadi salah satu kawasan dengan kepadatan rendah di Kecamatan Biringkanaya. Namun memiliki tantangan tersendiri seperti keterbatasan akses air bersih. Menurut Melinda, ini harus jadi perhatian lintas sektor agar pendekatan pembangunan bisa merata.
“Kita berharap Untia jadi contoh. Tidak hanya dalam pengelolaan sampah, tapi juga dalam membangun budaya hidup bersih dan berdaya. Mari kita sinergi, duduk bersama, cari solusi bersama,” tutup Melinda. (*)