JAKARTA, NEWSURBAN.ID — Buntut tewasnya satu warga sipil dalam aksi tolak tambang emas di Siniu, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, koalisi masyarakat sipil mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Kapolda Sulteng Irjen Pol. Rudi Sufaryadi. Gabungan dari sejumlah LSM itu juga mendesak Kapolri mencopo Kapolres Parigo Moutong (Parimo) AKBP Yudy Arto Wiyono.
Abimanyi Septiaji, Anggota Divisi Hukum Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), menilai Kapolda Sulteng dan Kapolres Parigi Moutong gagal menangani aksi massa.
“Dari peristiwa itu, kami mendesak Kapolri untuk mencopot Kapolda Sulawesi Tengah dan Kapolres Parigi Moutong. Karena keduanya telah gagal dalam menangani aksi massa hingga menimbulkan korban jiwa dari warga sipil,” kata Abimanyu dalam keterangan tertulis, Kamis (17/2).
Koalisi masyarakat sipil juga mendesak Kapolri agar memproses dugaan pembunuhan oleh aparat. Mereka meminta kasus itu, di proses di peradilan umum. Tujuannya untuk memberikan efek sehingga kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.
“Proses dugaan tindakan pembunuhan yang oleh aparat kepolisian dengan menempuh melalui proses mekanisme peradilan umum,” ujar Abimanyu.
KontraS juga mendesak Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyetop operasi dan mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Trio Kencana yang di protes oleh warga.
Sementara itu, mereka mendesak Gubernur Sulawesi Tengah, H Rusdy Mastura agar berkomitmen menyelamatkan mata pencaharian dan tempat tinggal warga Parigi Moutong dari kerusakan lingkungan.
Mereka juga meminta kepada Gubernur Rusdy agar melindungi warganya. Terutama, perempuan dan anak-anak dari tindakan represif.
“Termasuk melakukan pemulihan bagi mereka yang trauma,” kata Abimanyu.
Demo Tolak Tambang Emas
Sementara itu, sebelumnya Aliansi Rakyat Tani (Arti) Koalisi Gerak Tambang menggelar demonstrasi di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Arti menuntut Pemerintah Sulteng menutup tambang emas milik PT Trio Kencana yang memiliki lahan konsesi di Kecamatan Kasimbar, Toribulu, dan Tinombo Selatan.
Saat itu, demonstrasi berlangsung hingga tengah malam. Sejumlah ruas jalan pun di tutup massa sejak siang. Polisi lantas kala itu, bernegosiasi agar massa membubarkan diri.
Akan tetapi, negosiasi tak berjalan mulus. Polisi lantas membubarkan paksa massa dengan menembakkan gas air matta. Setelah itu, kepolisian mendapat laporan ada warga yang tewas tertembak.
Berdasarkan informasi yang Komnas HAM terima dari pihak keluarga, peluru itu masuk dari punggung belakang sebelah kiri dan menembus dada.
Pernyataan keluarga di dukung hasil visum Puskesmas Katulistiwa yang mengangkat peluru dari jenazah bernama Erfaldi.
Terkait tewasnya satu warga sipil dalam aksi demo tolak tambang di Sinai Parimo, ada 4 anggota polisi yang diperiksa terkait dugaan pelanggaran disiplin. Mabes Polri pun mengirim tim untuk turut melakukan pendalaman kasus di Sinai Parigi Moutong. (bs/cr)