PALU, NEWSURBAN.ID — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 813 kejadian gempabumi terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) sepanjang tahun 2023.
Sebanyak kejadian gempabumi tersebut hanya 18 kali yang dirasakan masyarakat.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Geofisika kelas I Palu Hendrik Leopatty mengatakan
Gempa terjadi umumnya di Sesar Palu Koro, Matano, Tokararu, Balantak, Palolo, Tomini dan sesar lokal di Teluk Tomini, Toli-Toli, Buol dan Poso.
“Pada umumnya gempa terjadi ialah gempa dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 km dengan kekuatan yang bervariasi mulai dari M1,3 hingga M6,3 dengan jumlah seismometer atau alat pencatat gempabumi yang ada di Sulawesi Tengah sebanyak 24 alat,” tuturnya.
Sementara jumlah gempa lokal atau berjarak di bawah 200 km dari Kota Palu sebanyak 394 gempa.
Selama periode Januari hingga 30 Juni 2023 tersebut BMKG memastikan tidak ada kejadian tsunami. “Tidak ada kejadian tsunami selama periode tersebut dan tidak ada informasi Peringatan Dini Tsunami yang diterbitkan oleh BMKG,” tandas Hendrik Leopatty, Rabu 12 Juli 2023.
Informasi seputaran tentang gempabumi, BMKG selalu intens menyampaikan informasi kepada masyarakat setiap harinya.
Baca Juga: BMKG Peringatkan Delapan Daerah di Sulteng Waspada Bencana!
Di tahun 2022, BMKG mencatat 1.442 kali kejadian gempa di Provinsi Sulawesi Tengah sepanjang tahun 2022. Kejadian itu termasuk gempa dangkal maupun gempa dalam.
Frekuensi guncangan gempa tektonik tahun 2022 paling banyak terjadi pada Bulan April sebanyak 167 kali guncangan. Kemudian Bulan Juni 146 kali dan Bulan Juli 158 kali.
Dari 1.442 kali guncangan, terdapat 35 kali gempa signifikan atau dirasakan masyarakat dengan kedalaman dangkal.
Di Sulteng terdapat 24 alat khusus pendeteksi gempa terpasang, guna memudahkan BMKG melakukan pemantauan aktivitas seismik, termasuk alat khusus pendeteksi tsunami.
Sebagaimana analisis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bahwa Kota Palu salah satu daerah rawan gempa di Sulteng. Hal ini merujuk pada peristiwa 28 September 2018 yang mana Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan sebagian Parigi Moutong di guncang gempa magnitudo 7,4 di sertai tsunami dan likuefaksi.
Baca Juga: BPBD Sulteng Catat 28 Rumah Terendam Banjir dan 1 Jembatan Amruk
Oleh karena itu, sebagai daerah rentan terhadap ancaman gempa dan aktivitas seismik lainnya. BMKG meminta pemerintah setempat dan masyarakat lebih memperkuat mitigasi dan edukasi terkait kebencanaan.
Gempa bumi yang terjadi di Sulteng masih di dominasi gempa dangkal. Di picu pergerakan sesar lokal yang kapan saja bisa aktif.
“Dari catatan kami, menurut frekuensi gempa berdasarkan kedalaman terdapat 1.000 lebih gempa dangkal. Dengan kedalaman 60 kilometer ke bawah,” demikian Hendrik Leopatty. (*)