LUWU, NEWSURBAN.ID — Dalam upaya tanggap bencana, Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, kunjungi Lingkungan Suli Kota, Kelurahan Suli, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, yang sering dilanda banjir.
Kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah provinsi untuk membantu warga yang terdampak bencana alam.
Selama kunjungan, Bahtiar Baharuddin menyerahkan bantuan langsung kepada warga terdampak. “Bantuan ini sangat berarti bagi kami,” ujar Rosnawati, salah satu warga Suli.
Baca Juga: 18 Orang Meninggal Tertimbun Longsor di Toraja
“Kami berharap bantuan ini dapat meringankan beban kami sebagai warga Suli, mengingat banjir telah enam kali melanda daerah kami,” tambahnya.
Bahtiar mengaku memahami akan masalah yang dihadapi warga. “Saya tahu Suli baru-baru ini terkena banjir. Saya ingin melihat langsung apa yang bisa kita lakukan untuk warga kita di Suli. Banjir ini tampaknya menjadi masalah tahunan, dan kita harus mencari solusi jangka panjang agar masalah ini tidak berulang dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun,” kata Bahtiar.
Pemerintah provinsi, di bawah kepemimpinan Bahtiar Baharuddin, menekankan pentingnya membangun kesadaran kolektif tentang lingkungan dan mendukung program-program berkelanjutan.
Baca Juga: Banjir Kembali Landa Kabupaten Luwu, Pj Gubernur Bahtiar Prihatin Kondisi Lingkungan di Sulsel
Pada kunjungan ini di lakukan penanaman sukun di daerah pinggiran sungai. Sebagai upaya yang-diharapkan dapat mengurangi risiko banjir di masa depan dan meningkatkan kualitas hidup warga Suli.
Sebelumnya, bencana banjir kembali melanda Kabupaten Luwu, Minggu, 7 April 2024. Tepatnya di Kelurahan Lindajang dan Desa Buntu Barana Kecamatan Suli Barat, serta Kelurahan Suli Kecamatan Suli.
Banjir menggenangi ruas jalan dan ratusan rumah terendam dengan ketinggian yang bervariasi, 20 – 50 cm. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun 500 rumah warga terendam banjir.
Baca Juga: Sungai Baliase Luwu Utara Meluap, 3 Desa Terendem
Bahtiar mengungkapkan, banjir-diakibatkan intensitas hujan yang lebat, sementara pohon atau hutan untuk menyerap atau menahan air kurang. Ia mengaku prihatin, karena saat ini kerusakan hutan dan alam hampir merata di seluruh daerah. Akibatnya, sumber air bersih juga berkurang.
“Karena hilang tanaman atau pohon serapan air tinggi. Mohon masuk dalam musrembang dan menjadi program prioritas semua daerah bersama Pemprov.
Kita semua harus sama-sama. Termasuk gerakkan partisipasi masyarakat dan swasta,” pesan Bahtiar. (*)
Baca Berita dan Artikel Lain di Google News