Wali Kota Makassar Gaungkan Toleransi dan Peduli Lingkungan

MAKASSAR, NEWSURBAN.ID – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, kembali menegaskan pentingnya menumbuhkan semangat toleransi sekaligus peduli terhadap lingkungan demi mewujudkan kota yang asri dan nyaman dihuni.

Pesan itu ia sampaikan saat menghadiri Kegiatan Penanaman Pohon Tabebuya yang digelar Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) dalam rangka Musyawarah Pelayanan Selselbara, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Sabtu (27/9/2025) pagi.

Turut hadir memberikan dukungan, Ketua TP PKK Kota Makassar Melinda Aksa, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar Helmy Budiman, GM Claro Makassar Anggiat Sinaga, serta pengurus GPIB.

Kegiatan ini menjadi rangkaian Musyawarah Pelayanan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Selselbara yang akan digelar Oktober mendatang.

Baca Juga: Sambut Hotel Bintang Lima Pertama: Munafri Resmikan Groundbreaking Hotel Bintang Lima di Makassar

Dalam sambutannya, Munafri menekankan bahwa penanaman 1000 (seribu), pohon memiliki dampak besar, bukan hanya memperindah kota, tetapi juga menyeimbangkan ekosistem.

“Pohon ini akan menjadi hijau, dan memberikan kembali oksigen,” ungkapnya.

Dalam kegiatan yang sarat makna kebersamaan ini, Munafri mengajak seluruh warga untuk menjaga keharmonisan antarumat beragama dan bersama-sama merawat kebersihan lingkungan sebagai wujud nyata cinta terhadap Kota Makassar.

Munafri menilai kegiatan GPIB ini sebagai simbol toleransi dan sinergi antarumat beragama.

“Kolaborasi bersama ini, wujud nyata toleransi dan kepedulian lingkungan yang harus kita rawat bersama,” jelas Appi.

Baca Juga: Pemkot Makassar dan Sampoerna Foundation Kerja Sama Cetak Generasi Emas 2045

Ia menegaskan bahwa pemerintah kota tidak bisa bekerja sendiri dalam memenuhi amanat Undang-Undang yang mewajibkan 30 persen ruang terbuka hijau (RTH). Saat ini, RTH di Makassar baru mencapai sekitar 11 persen.

“Butuh kolaborasi dan kebersamaan untuk memaksimalkan pola penghijauan. Saya berharap penanaman seribu pohon oleh GPIB ini menjadi pemicu kelompok lain untuk bergerak serupa.

Sebagai langkah konkret, Munafri mengumumkan rencana mewajibkan setiap siswa SD dan SMP di Makassar menanam minimal satu pohon.

“Kalau satu juta penduduk menanam satu pohon saja, kita sudah punya satu juta pohon baru di Makassar,” jelasnya.

Appi juga mendorong penanaman pohon endemik seperti copeng (anggur Bugis), kecapi, kersen, dan bune, yang kini mulai langka.

“Pohon Tabebuya di pilih karena memiliki nilai estetika tinggi sekaligus menyerap polusi udara,” tuturnya.

Baca Juga: Maulid Akbar Pesisir Siap Jadi Agenda Tahunan Pemkot Makassar

Wali Kota Makassar itu, mengungkapkan tantangan besar Makassar dalam mengelola sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan luas 19,1 hektare kini menampung 1.000–1.200 ton sampah per hari dengan ketinggian tumpukan mencapai 17 meter.

Jika tidak di intervensi, daya tampung TPA di perkirakan hanya bertahan dua tahun lagi. Pihak Pemkot menargetkan setiap rumah tangga menuju zero waste.

“Semua RT-RW wajib memiliki sistem pengolahan sampah, baik melalui komposter, ekoenzim, budidaya maggot, maupun biopori,” tegasnya.

Pemkot juga akan menggandeng perusahaan swasta untuk mendukung penyediaan tempat sampah terpilah melalui program CSR, agar masyarakat dapat memilah sampah organik dan anorganik sejak dari rumah.

“Ini bentuk penghormatan antaragama di Kota Makassar. Pemerintah kota akan mendukung penuh kegiatan musyawarah besar GPIB bulan Oktober nanti,” tandasnya.

Baca Juga: Ngopi Kamtibmas Kapolrestabes Makassar di Manggala Jadi Wadah Aspirasi Warga

Sedangkan, Ketua Panitia, Kristin Sinaga, menegaskan bahwa aksi penghijauan ini menjadi bentuk kepedulian umat Kristen terhadap kelestarian lingkungan sekaligus dukungan terhadap program Pemerintah Kota Makassar.

“Kegiatan pagi ini merupakan bagian dari rangkaian acara skala nasional yang akan berlangsung bulan Oktober. Kami mengawali dengan penanaman pohon tabebuya sebagai kontribusi nyata untuk mempercantik kota yang menjadi rumah kita bersama,” ujar Kristin.

Kristin menjelaskan, tabebuya di pilih bukan tanpa alasan. Pohon ini di kenal tahan cuaca, menyerap polusi, dan menghadirkan keindahan dengan bunganya yang mencolok.

“Awalnya kami sempat mempertimbangkan kegiatan penanaman mangrove. Namun melihat kepadatan Kota Makassar, kami memilih tabebuya karena mampu membantu mengolah polusi sehingga tidak berdampak besar bagi masyarakat,” katanya.

Ia mengharapkan, penanaman 1.000 bibit ini menjadi simbol kebersamaan seluruh warga kota. Kota Makassar adalah kota multibudaya dan multiagama.

“Kami ingin turut mempercantik kota yang memberi kami ruang untuk hidup dan bekerja, sekaligus menjaga keseimbangan lingkungannya,” tutur Kristin.

Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari Pemerintah Kota Makassar. Ketua TP PKK Kota Makassar, Melinda Aksa, memberikan dukungan penuh sejak audiensi awal dengan panitia.

“Kami berterima kasih atas dukungan luar biasa dari Wali Kota dan Ketua TP PKK. Ini menandakan semangat kebersamaan seluruh warga Makassar, tanpa memandang agama maupun latar belakang,” tutupnya. (*)

Exit mobile version