MAKASSAR, NEWSURBAN.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar mendapat tawaran investasi teknologi pengolahan ikan secara modern di Pulau yang ada di Kota Makassar. Ini, sejalan dengan upaya Pemkot Makassar dalam mempercepat pembangunan kawasan kepulauan kembali mendapat angin segar.
Tawaran investasi ini, datang untuk proyek strategis di Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, khususnya melanjutkan program berkelanjutan terkait pengadaan pabrik es dan bisnis tangkapan serta pemeliharaan ikan yang dibutuhkan masyarakat nelayan di Pulau Barrang Loppo.
Komitmen tersebut mengemuka saat tim dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang, yakni Consultants Global Co, Ltd. (OCG) menghadiri Rapat Koordinasi Smart Island Pilot Project (SIPP) di Balai Kota Makassar, Jumat (14/11/2025).
Melalui pertemuan ini, kedua pihak membahas peluang kerja sama yang dinilai mampu menghadirkan solusi nyata bagi peningkatan ekonomi dan kualitas hidup warga di pulau-pulau Makassar.
Dalam kesempatan tersebut, MiChino dari Consultants Global Co., Ltd. (OCG) menjelaskan, bahwa METI tengah memperkenalkan sebuah program subsidi baru yang dirancang untuk mendukung perusahaan-perusahaan Jepang memperluas pasar ke negara-negara global south, termasuk Indonesia.
“Program kami menanggung 50 persen biaya studi kelayakan maupun proyek percontohan, sehingga membuka ruang yang lebih besar bagi kolaborasi teknologi dan bisnis di sektor kelautan,” jelansya.
MiChino memaparkan, program subsidi ini memiliki tiga skema utama. Pertama, Pengumpulan data di negara-negara selatan untuk dianalisis bagi kebutuhan pasar Jepang yang telah matang.
Kedua, pemanfaatan teknologi Jepang untuk memperluas pasar di negara-negara selatan, seperti Indonesia, skema yang menjadi fokus OCG.
“Ini juga, peningkatan ketahanan rantai pasokan Jepang melalui penguatan mitra produksi di luar negeri,” tuturnya.
Dalam penjelasannya, ia mengangkat isu besar yang ditemukan dari studi kelayakan bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) danMinistry of Land, Infrastructur, Transport and Tourism of Japan (MLIT), yaitu tingginya jumlah unutilized fish atau ikan yang tidak termanfaatkan secara optimal.
Salah satu contoh yang diangkat adalah temuan di wilayah mereka, di mana hanya 7 persen hasil tangkapan yang bisa diekspor, sementara 93 persen sisanya tidak memenuhi standar untuk masuk pasar internasional.
“Masalah serupa juga terjadi di Makassar dan banyak wilayah lain di Indonesia,” jelasnya.
Lebih jauh, tujuan akhir proyek ini adalah menciptakan rantai proses lengkap di mana ikan-ikan yang selama ini tidak termanfaatkan dapat diolah di Indonesia, khususnya di fasilitas mitra lokal di Makassar, sebelum diekspor sebagai produk bernilai tambah ke pasar Jepang.
Lanjut dia, ada hal perlu diperhatikan, volume tangkapan per jenis ikan tidak mencukupi kuota ekspor dalam satu kontainer.
Karakteristik ikan tidak sesuai standar pasar, misalnya ukuran terlalu kecil, bentuk tidak ideal, atau dinilai kurang bernilai rasa.
“Situasi ini menjadi latar, dan kami akan mengajukan studi kelayakan baru yang bisa langsung menjawab persoalan tersebut,” terang MiChino dalam rapat tersebut .
Untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya mengajukan studi yang memadukan dua elemen penting dari Jepang.
Pertama, model Bisnis Berbasis Community-Based Fish Utilization, menggandeng sebuah startup Jepang yang sukses mengelola bisnis ikan tidak termanfaatkan melalui layanan meal kit subscription. Startup itu kini memiliki 15.000 pelanggan di Jepang.
“Keberhasilan terletak pada sistem pengolahan yang mampu memaksimalkan berbagai jenis ikan dan dukungan ratusan resep kuliner yang memungkinkan semua jenis ikan diolah menjadi produk siap santap,” katnaya.
Kedua, teknologi Rantai Dingin (Cold Chain) Mutakhir dari Jepang, peruaahnya berencana menguji penerapan sistem rantai dingin kelas Jepang di Indonesia.
Teknologi ini diperlukan untuk memastikan ikan tetap segar hingga proses produksi dan ekspor. Termasuk di dalamnya adalah rencana pemasangan unit pembuat es skala kecil di pulau-pulau, seperti Sangkarrang, untuk mendukung nelayan lokal.
“Teknologi rantai dingin Jepang sudah sangat matang. Sementara Indonesia masih membutuhkan banyak peningkatan. Proyek ini akan menjadi studi kasus penerapan yang sangat potensial,” ungkap MiChino.
Jika proyek ini berjalan sesuai rencana, manfaat terbesarnya akan langsung diterima oleh para nelayan. Selama ini, perusahaanya, telah membeli ikan dari nelayan, namun banyak yang tidak dapat diekspor karena tidak memenuhi kriteria pasar.
Melalui model bisnis baru, semua jenis ikan, tanpa lagi dipilih, dapat dibeli dan diolah.
“Ini berarti para nelayan akan memiliki pendapatan stabil, karena tidak ada lagi ikan yang dianggap tidak bernilai,” tutup MiChino.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menyambut positif rencana kerja sama terkait pengembangan teknologi pengolahan ikan dan sistem rantai dingin (cold chain) yang diusulkan oleh perwakilan Consultants Global Co., Ltd. (OCG).
Dalam pertemuan tersebut, Munafri menegaskan pentingnya komunikasi langsung dengan para pemangku kepentingan di wilayah kepulauan.
Ia meminta agar pihak OCG berkoordinasi lebih lanjut dengan camat serta dinas terkait untuk memastikan implementasi program dapat sesuai kebutuhan di lapangan.
“Di pulau, menjaga pasokan ikan itu tidak mudah. Nelayan sekarang tidak lagi mendapatkan ikan di sekitar daratan pulau, mereka harus pergi jauh ke tengah laut dan sangat dipengaruhi kondisi cuaca,” katnaya.
“Musim hujan seperti sekarang membuat mereka semakin sulit. Karena itu penting berkomunikasi langsung dengan nelayan agar tahu model implementasi yang paling cocok,” lanjut Munafri.
Ia menyampaikan bahwa Pemerintah Kota Makassar, sangat menyambut baik program tersebut karena berpotensi meningkatkan pendapatan nelayan.
Apalagi, selama ini pasar ekspor ikan Indonesia lebih banyak mengarah ke kawasan Timur Tengah dibandingkan Jepang. Sehingga, perlu mempersiapkan banyak hal bila ingin masuk ke pasar Jepang.
“Persyaratan kualitas di sana sangat ketat. Tapi jika pihak Jepang datang memberi edukasi langsung di Makassar, saya yakin nelayan akan tertarik mengikuti program ini,” ujarnya.
Terkait rencana kerja sama, Munafri memastikan Pemkot Makassar siap memberikan dukungan. Ia juga mempersilakan pihak OCG berkoordinasi lebih lanjut dengan Bagian Kerja Sama untuk proses administrasi.
Dengan dukungan ini, Pemerintah Kota Makassar berharap proyek tersebut dapat menjadi solusi berkelanjutan bagi nelayan, sekaligus membuka peluang pasar baru melalui peningkatan kualitas dan nilai tambah produk perikanan lokal.
“Untuk konfirmasi kerja sama, kami support. Silakan berkoordinasi dengan Kabag Kerja Sama terkait penerbitan supporting letter atau surat rekomendasi sebagai bentuk dukungan Pemkot,” tegasnya. (*)
