
JAKARTA, NEWSURBAN.ID – Nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS tumbang usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J Trump umumkan kenaikan tarif pajak impor baja dan aluminium 25 persen.
Rupiah tumbang terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan pasar, Senin pagi (10/2/2025).
Rupiah tertekan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana kenaikan tarif baru sebesar 25% pada semua impor baja dan aluminium.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.09 WIB di pasar spot exchange, rupiah jatuh 57 poin (0,35%) ke level Rp 16.339,5 per dolar AS. Pada perdagangan Jumat (7/2/2025), mata uang rupiah sempat ditutup menguat 58,5 poin ke level Rp 16.282 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,32 poin menjadi 108,3. Sedangkan imbal hasil obligasi AS 10 tahun terlihat turun 21 poin di level 4,48%.
Mengutip Reuters, keputusan tarif baru tersebut memberikan tekanan pada euro serta mata uang berbasis komoditas seperti dolar Australia dan Selandia Baru.
Trump juga menyatakan bahwa ia akan mengumumkan tarif timbal balik pada Selasa atau Rabu. Kebijakan ini akan berlaku untuk semua negara dan menyesuaikan tarif sesuai dengan yang diberlakukan masing-masing negara terhadap AS.
Baca Juga: Kendalikan Inflasi, Bank Indonesia Inisiasi 7 Program Unggulan GNPIP
Langkah ini semakin meningkatkan kekhawatiran akan perang dagang global, terutama karena tarif balasan dari China terhadap barang-barang AS mulai berlaku pada hari yang sama.
Euro mengalami pelemahan sebesar 0,1% dan diperdagangkan di level USD 1,0317 pada awal sesi perdagangan, mendekati level terendah dalam dua tahun terakhir di angka USD 1,0125 yang dicapai pekan lalu. Investor semakin waspada terhadap kemungkinan tarif yang telah berulang kali-diancamkan Trump terhadap Eropa.
Dolar Australia turun 0,21% ke level USD 0,6264, hampir menyentuh level terendah dalam lima tahun terakhir, sementara dolar Selandia Baru melemah 0,12% ke angka USD 0,5649. Sementara itu, dolar Kanada juga melemah lebih dari 0,2% karena negara tersebut merupakan pemasok utama aluminium primer ke AS.
Kepala Strategi Investasi di Saxo Charu Chanana menyebut, strategi perdagangan lama tidak lagi relevan karena China bukan lagi pemasok baja utama ke AS sejak pemberlakuan tarif pada 2018.
“Kekhawatiran utama saat ini mungkin bukan inflasi, karena bisa ada efek penyeimbang seperti perlambatan permintaan. Yang lebih mengkhawatirkan adalah ketidakpastian dan pergeseran menuju dunia yang lebih proteksionis,” ujarnya.
Selain kebijakan tarif Trump, perhatian investor juga tertuju pada data inflasi AS yang akan rilis pada Rabu,. Serta pidato Ketua The Fed Jerome Powell di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat pada Selasa dan Rabu (11-12/2/2025). Tarif kemungkinan akan menjadi sorotan utama dalam pertemuan tersebut.
Baca Juga: Ekspor Sulawesi Selatan Februari 2022 Capai Rp1,8 Triliun
Beberapa analis memperingatkan bahwa tarif ini dapat meningkatkan inflasi,. Yang berpotensi mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam waktu lebih lama. Saat ini, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 36 basis poin tahun ini,. Turun dari 42 basis poin setelah laporan tenaga kerja yang positif pada Jumat lalu.
Strategi Macquarie menyoroti bahwa laporan ketenagakerjaan Januari memberikan sinyal positif terkait pasar tenaga kerja. Dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Namun, ketidakpastian yang meningkat membuat mereka mengubah proyeksi kebijakan The Fed tahun ini.
“Pandangan terbaru kami adalah tidak akan ada perubahan suku bunga The Fed selama 2025,. Dengan suku bunga kemungkinan tetap berada di kisaran 4,25% hingga 4,5%. Sebelumnya, kami memperkirakan hanya akan ada satu pemangkasan 25 basis poin pada Maret atau Mei,” kata analis Macquarie.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, stabil di angka 108,23 pada awal perdagangan. Sementara itu, poundsterling hampir tidak berubah di level USD 1,23915.
Yen Jepang melemah 0,4% menjadi sekitar 152 per dolar. Meskipun masih berada dekat dengan level tertinggi satu bulan pada Jumat lalu. Pelemahan ini terjadi di tengah ekspektasi bahwa Bank of Japan akan menaikkan suku bunga tahun ini. (*)