
BONE, NEWSURBAN.ID – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah pusat mulai berjalan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Meski baru tiga dapur yang beroperasi, pelaksanaan program ini menjadi langkah awal dalam upaya meningkatkan asupan gizi bagi pelajar di daerah tersebut.
Kepala Satgas Percepatan MBG Bone, Edy Saputra Syam, mengungkapkan tiga dapur yang sudah aktif saat ini berada di Kecamatan Salomekko, Palakka, dan Lamuru. Masing-masing dapur ditargetkan mampu melayani hingga 3.000 siswa.
“Targetnya harusnya setiap kecamatan ada dapur MBG. Tapi tidak mutlak harus di ibu kota kecamatan, dilihat dari titik dekatnya sasaran. Tergantung mitra yang bekerja sama,” jelas Edy, Senin (22/9/2025).
Edy menambahkan, idealnya seluruh kecamatan di Bone memiliki dapur MBG agar distribusi makanan bergizi lebih merata. Program ini sendiri merupakan kerja sama pemerintah pusat dengan Badan Gizi Nasional (BGN), yang kemudian bermitra dengan yayasan sebagai pengelola dapur MBG.
“Yayasan yang berkontrak dengan BGN. Mereka yang menjalankan fungsi dapur dalam hal pelayanan pemenuhan gizi (SPPG). Meski demikian, sejumlah kendala masih dihadapi,” ujarnya.
Salah satu kendala utama adalah kesiapan mitra. Banyak dapur yang belum rampung pengerjaannya atau belum memenuhi spesifikasi peralatan yang ditetapkan BGN. Proses penandatanganan MoU dengan mitra pun baru dapat dilakukan setelah semua standar terpenuhi.
“Kami targetkan tahun ini semua dapur rampung, tapi itu sangat bergantung pada kesiapan mitra. Apalagi untuk wilayah terluar Bone, tantangannya lebih besar. Misalnya di Kecamatan Tellu Limpoe, sasaran yang bisa dijangkau hanya sekitar 500 orang. Biaya yang dikeluarkan mitra besar, sementara mereka juga harus mempertimbangkan ada tidaknya pemasukan dari modal yang keluar,” jelas Edy.
Sebagai solusi, BGN merencanakan pembangunan dapur di wilayah terluar Kabupaten Bone dengan memperhatikan ketentuan teknis. Jarak distribusi maksimal dibatasi 6 kilometer atau dengan waktu tempuh 20–30 menit dari dapur ke penerima manfaat.
Selain soal distribusi, Edy juga menepis anggapan negatif terkait kualitas makanan MBG yang sempat ramai di media sosial. Ia menegaskan, makanan MBG bukan menu “enak” ala rumah makan, melainkan makanan bergizi yang telah dirancang dan diawasi oleh ahli gizi.
“Setiap dapur SPPG diawasi ahli gizi. Menu sudah diatur sepekan sebelumnya agar bahan yang dipakai selalu segar. Misalnya dapur di Poleonro, Kecamatan Lamuru, setiap hari menyajikan menu berbeda. Lima hari dalam seminggu sudah diatur, termasuk jenis buah yang diberikan. Mitra wajib mengikuti permintaan ahli gizi, tidak bisa seenaknya. Saya sendiri sudah coba makanannya, enak dan sayurnya mantap,” tuturnya.
Program MBG di Bone beroperasi setiap Senin hingga Jumat. Khusus di dapur Lamuru, pada hari Jumat siswa juga mendapatkan tambahan susu sebagai sumber protein.
Edy berharap ke depan seluruh kecamatan di Bone bisa segera memiliki dapur MBG sehingga manfaat program ini benar-benar dirasakan merata oleh anak-anak sekolah, baik di wilayah perkotaan maupun pelosok.(far)