Kanada dan Sejumlah Negara Eropa Kompak Tutup Ruang Udara bagi Pesawat Rusia
JAKARTA, NEWSURBAN.ID — Invasi Rusia ke Ukraina terus menuai kecaman dari sejumlah negara di dunia. Selain Kanada (Amerika Utara), sejumlah negara di Eropa menutup ruang udara mereka untuk semua pesawat Rusia.
Kanda dan sejumlah negara Eropa resmi menutup ruang udara mereka untuk semua pesawat Rusia atau penerbangan dari Rusia pada Senin (28/2). Penutupan ini, sebagai cara menekan Presiden Vladimir Putin yang belum menghentikan invasi ke Ukraina.
Langkah ini, juga merupakan yang pertama kali di lakukan dalam sejarah.
Menyusul aksi boikot tersebut, pihak penerbangan sipil Rusia atau Aeroflot akan membatalkan semua penerbangan dengan tujuan negara Eropa. Keputusan Aroflot tersebut, di ambil, setelah Kepala Urusan Luar Negeri UE Josep Borrell resmi mengumumkan penutupan ruang udara Kanada dan Eropa bagi mereka.
Sementara itu, Amerika Serikat juga tengah mempertimbangkan sanksi serupa. Namun, hingga Senin (28/2) sore ini, belum mengambil keputusan.
Pihak pemerintah AS mengatakan warganya yang berada di Rusia mempertimbangkan segera pergi menggunakan penerbangan komersial. Di tengah pembatalan penerbangan karena kebijakan baru Uni Eropa.
Penutupan udara sebagai sanksi untuk maskapai Rusia ini, akan menjadi pukulan baru bagi industri penerbangan yang masih berupaya bangkit pasca-pandemi Covid-19.
Sementara itu, Jerman, Spanyol, Perancis, kini telah bergabung dengan Inggris, negara-negara Nordik dan Baltik dalam mendeklarasikan bahwa ruang udara mereka bisa digunakan penerbangan dari Rusia.
Sehubungan dengan sanksi itu, Rusia di perkirakan akan membalas blokade di ruang udara dan sanksi-sanksi lainnya.
Sebelumnya, mereka telah merespons dengan melarang penerbangan dari Inggris, Bulgaria, dan Polandia masuk.
Pengamat mengatakan, tanpa akses penerbangan dari Rusia, maka maskapai tak hanya harus mengalihkan penerbangan ke Selatan. Tetapi, juga harus menghindari wilayah konflik di Timur Tengah.
Blokade penerbangan serupa dari Rusia dan juga AS akan membuat maskapai-maskapai dari AS akan menjalani waktu tempuh lebih lama.
Hal tersebut, akan membuat penerbangan bagi maskapai-maskapai AS menjadi mahal. Praktis ongkos perjalanan bagi warga sipil lintas negara tersebut makin mahal. (bs/)