NewsPolitikSulsel

Pengamat Politik: Pileg 2024 Ujian Para Ketua Parpol

MAKASSAR, NEWSURBAN.ID — Pertarungan di pesta demokrasi pada Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024, sejumlah ketua partai politik (Parpol) sudah menyusun langkah dapat menarik simpatik masyarakat.

Khususnya dalam pemilihan legislatif (Pileg) 2024 mendatang. Ketua parpol menjadi tanggung jawab penuh untuk melakukan kaderisasi untuk menetapkan komposisi caleg-nya di wilayah daerah pemilihan (Dapil) masing-masing.

Mau tak mau, sebagai ketua parpol harus mengeluarkan semua tenaga untuk memperbaiki citra partainya. Hal ini akan berdampak eksitensinya dan loyalitas kepada partainya.

Pengamat Politik Unhas, Andi Ali Armunanto mengatakan untuk mengukur keberhasilan sebagai ketua partai hasil dari pileg. Ujian itu, katanya, salah satu bentuk tolak ukur akan keberhasilan kendaraan yang dinakhodainya selama ini.

“Untuk mengukur semuanya sebagai pemimpin atau ketua partai yang terbaik. Terlebih dulu melihat hasil kerjanya. Ujian itu nantinya dilihat pada pileg 2024 mendatang,” ungkapnya, saat dikonfirmasi Jumat 11 Agustus 2023.

Baca juga: Banyak Bacaleg Ganda di Sulsel, Pengamat: Sekedar Caplok Nama Tanpa Ada Kaderisasi Partai Berjalan

Pemimpin partai kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, Andi Ali Armunanto mengaku masih banyak pemimpin partai di pileg 2024 sebagai ujian baginya. Menurutnya, dalam pileg sebelum di tahun 2019 belum menduduki sebagai ketua partai. Apakah kemimpinan dapat menulang suara secara signifikan atau anjlok dari jumlah suara sebelumnya.

“Itu semua tergantung dari ketua Parpol melakukan strategi untuk memenangkan partainya. Jika pileg 2024 nantinya, ketua dan pengurus partai gagal melakukan itu, berarti sistem rekrutmen dan kaderisasi kurang bagus,” tandasnya.

Kader “Kutu Loncat”

Dosen Universitas Hasanuddin, ini juga menyinggung banyaknya kader melakukan imigrasi dari partai satu ke partai lainnya untuk maju dalam pileg 2024. Praktek yang lazim dilakukan para politikus ini adalah “kutu loncat” ini dikarenakan sifat dan karakter kemimpinan partai.

Andi Ali mencontohkan, di masa orde baru (Orba) praktek kader “kutu loncat” itu sulit terjadi. Menurutnya, sistem rekrutmen dan kaderisasi pemimpin dan pengurus partai betul-betul murni untuk mengedepankan arti berpartai.

Baca juga: Skenario Pemilu Proporsional Tertutup? Partai Baru Makin Tergerus

Lanjut dia, seperti juga yang terjadi sistem demokrasi di luar negeri seperti Amerika atau Eropa. Kutu Loncat itu, juga sulit terjadi. Ini disebabkan, ideologisasi kaderisasi diperkuat dalam suatu identitas berpartai.

“Kader partai tidak menjadikan ideologi dan prinsip dalam berpolitik. Tetapi, lebih mengedepankan kepentingan personalnya. Ini juga mempengaruhi kemimpinan partai tidak mampu mengmenest dan kegagalan dalam kaderisasi dalam partai,” tuturnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button