Kampanye Negatif Tidak Pengaruhi Elektabilitas Andi Sudirman - Fatmawati di Pilgub Sulsel
MAKASSAR, NEWSURBAN.ID – Berbagai serangan kampanye negatif atau black campaign ditujukan kepada pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel nomor urut 02, Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi (Andalan Hati) dinilai tidak berpengaruh sama sekali.
Berdasarkan hasil riset Pilgub Sulsel 2024 dari berbagai lembaga survei, elektabilitas paslon yang bertagline Sulsel Maju dan Berkarakter itu tetap tinggi, unggul telak, bahkan sulit terkejar oleh rivalnya.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik UNM, Muhammad Rhesa mengaku, bahwa kampanye hitam bahkan kampanye negatif di Sulawesi Selatan tampaknya tidak begitu berdampak menggerakkan pemilih.
Baca Juga:Â Tokoh Agama di Wajo, Kiai Riyadi Hamdah Dukung Andi Sudirman-Fatmawati
Saat ini, masyarakat lebih bijak dan paham menerima informasi, termasuk isu-isu berita hoax. Menurutnya, ada dua faktor yang bisa menjelaskan jika kampanye negatif tidak mempengaruhi pemilih.
“Pertama, publik telah melewati banyak pengalaman dalam kontestasi. Sehingga kampanye hitam dan kampanye negatif yang menyasar seorang calon-dipahami publik sebagai gimmick politik belaka. Meski publik juga mengetahui kejadian sebenarnya. Namun publik tidak setuju jika hal itu menjadi alat melakukan serangan terhadap lawan,” jelasnya. Rehze menilai kampanye negatif terhadap paslon Andi Sudirman dan Fatmawati Rusdi justru berdampak sebeliknya.
— newsurban.id (@newsurban_id) October 27, 2024
Kedua, lanjut Rhesa, publik telah memiliki preferensi politik sebelum masa kampanye mulai berlangsung. Sehingga isu negatif yang baru muncul saat masa kampanye tidak membuat publik menihilkan atribut positif yang telah-dimiliki sejak lama oleh seorang calon kepala daerah.
Baca Juga:Â 9 Federasi Serikat Pekerja dan Buruh Sepakat Dukung Andi Sudirman-Fatmawati di Pilgub Sulsel
“Apalagi jika isu tersebut tidak merugikan secara langsung bagi publik,” jelasnya.
Sebaliknya, serangan-serangan kampanye hitam yang-ditanggapi secara tepat oleh kandidat justru berpotensi membuat publik berempati. Dan, hal itu justru terkonversi menjadi dukungan politik. (*)