News

Memaknai "Hari Raya Haji"

Oleh: Oleh: Prof. Dr. Mia Amiati, S.H., M.H., CMA., CSSL

Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah yang dikenal juga dengan sebutan “Hari Raya Haji”.

Mengingat salah satu ibadah utama yang mewarnai momen ini adalah kurban, maka  Idul Adha  juga dinamakan  “Idul Kurban” karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan kurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Pengertian Kurban

Kurban berasal dari kata “qaraba” dalam bahasa Arab yang berarti mendekat. Secara istilah, kurban adalah ibadah yang dilakukan dengan menyembelih hewan tertentu sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

Ibadah ini dilaksanakan pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), dengan tujuan utama mendekatkan diri kepada Allah serta berbagi dengan sesama.

IDUL ADHA atau Hari Raya Kurban, bukan sekadar sebuah ritual keagamaan yang berfokus pada pelaksanaan ibadah haji dan penyembelihan hewan kurban. Lebih dari itu, perayaan ini memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia.

Inti dari perayaan Idul Adha sebenarnya terletak pada pengorbanan, keikhlasan, serta ketaatan, yang merupakan nilai-nilai penting dalam Islam.

Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail, menjadi inti dari makna perayaan ini. Kisah ini bukan hanya tentang tindakan pengorbanan, tetapi lebih tentang kesetiaan dan ketaatan Nabi Ibrahim kepada perintah Allah tanpa keraguan.

Ketika Allah kemudian menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba, hal itu menunjukkan bahwa Allah tidak menginginkan pengorbanan manusia, tetapi menguji sejauh mana umat-Nya bersedia patuh dan taat kepada-Nya sebagai manifestasi dari mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kurban mengajarkan bahwa pengorbanan bukan sekadar menyerahkan sesuatu yang berharga, tetapi juga tentang bagaimana kita ikhlas dalam menjalani perintah-Nya dan memberikan manfaat bagi orang lain.

Hukum Kurban

Ibadah kurban memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam, karena merupakan bentuk ketaatan dan pengorbanan seorang hamba kepada Allah. Namun, apakah kurban bersifat wajib atau sunnah? Jawabannya bergantung pada bagaimana para ulama memahami dalil-dalil yang berkaitan dengan kurban.

Secara umum, mayoritas ulama berpendapat bahwa kurban merupakan sunnah muakkadah, yaitu ibadah yang sangat dianjurkan bagi mereka yang mampu. Pendapat ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad ﷺ:

“Barang siapa memiliki kelapangan (harta), tetapi tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat kami.” (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Al Hakim)

Hadis ini menunjukkan adanya dorongan yang kuat untuk berkurban, meskipun tidak secara langsung mewajibkannya. Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki rezeki lebih, sangat disarankan untuk menunaikan ibadah ini sebagai wujud ketakwaan dan kepedulian terhadap sesama.

Namun, ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa kurban bersifat wajib bagi mereka yang mampu secara finansial. Pendapat ini bersandar pada berbagai dalil yang menunjukkan betapa pentingnya ibadah kurban dalam Islam.

Terlepas dari perbedaan pendapat ini, semua ulama sepakat bahwa kurban memiliki keutamaan besar. Selain sebagai bentuk ibadah yang dicintai Allah, kurban juga menjadi sarana berbagi rezeki dengan kaum yang membutuhkan.

Untuk itu, ketika kita diberikan kelapangan rezeki oleh Allah SWT, sudah selayaknya kita  berkurban dengan cara yang indah untuk meningkatkan ketakwaan dan memperkuat tali persaudaraan dengan sesama, terutama dengan mereka yang hidupnya  kurang beruntung, yang mungkin jarang menikmati daging yang bisa dikonsumsi setiap hari oleh orang-orang yang mampu.

Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan, sekaligus mempererat tali ukhuwah dengan sesama. Saat daging kurban tersebar ke berbagai lapisan masyarakat, kebahagiaan pun ikut terbagi, menghilangkan batas antara yang memberi dan yang menerima.

Maka, marilah kita menjalankan ibadah kurban dengan kesadaran penuh dan hati yang ikhlas. Jadikan kurban sebagai wujud ketakwaan dan kepedulian, bukan hanya sebagai sebuah rutinitas tahunan.

Hikmah Kurban

Ibadah kurban bukan sekadar menyembelih hewan dan membagikan dagingnya. Lebih dari itu, kurban mengandung makna yang begitu dalam, mengajarkan nilai ketakwaan, kepedulian sosial, serta keikhlasan dalam menjalani kehidupan.

Dari kisah ketaatan Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah untuk menyembelih putranya tersebut, kita dapat menarik beberapa makna penting,

Pertama, mendekatkan diri kepada Allah SWT karena pada hakikatnya kurban berasal dari kata qaraba yang artinya dekat. Dengan kata lain, kurban merupakan sarana untuk mendekatan diri kepada Allah SWT.

Salah satu Tujuan Kurban yang utama adalah sebagai wujud ketaatan seorang hamba kepada perintah Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (QS. Al-Kautsar: 2)

Ayat ini menunjukkan bahwa Tujuan Kurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh ketundukan. Ibadah ini mengajarkan kita untuk selalu siap mengorbankan apa yang kita cintai demi memenuhi perintah-Nya.

Demi ketaatan dan kecintaannya kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim AS rela mengorbankan anaknya Nabi Ismail AS. Rasa cinta terhadap Allah mengalahkan rasa cintanya terhadap anak yang sangat disayanginya.

Nabi Ismail AS dengan dengan penuh keikhlasan mau disembelih oleh Nabi Ibrahim AS karena didasari oleh keyakinan bahwa apa yang dilakukan ayahnya tersebut atas perintah Allah SWT.

Dalam peristiwa kurban tersebut, menjelang Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail AS, setan terus menggoda keduanya agar membatalkan rencana tersebut, tetapi karena telah dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan yang tinggi dan ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka godaan setan pun tidak mempan terhadap mereka berdua.

Kedua, kurban mengajarkan tentang keikhlasan. Keteladanan yang ditunjukkan Nabi Ibrahim menunjukkan bahwa sebagai hamba Allah, kita harus siap untuk menyerahkan segala sesuatu yang paling berharga dalam hidup kita jika itu adalah kehendak-Nya. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk selalu menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam hidup mereka.

Ketiga, kurban adalah tentang pengorbanan dan berbagi. Penyembelihan hewan kurban bukan sekadar ritual fisik, tetapi simbol dari kesediaan kita untuk mengorbankan sebagian dari harta kita demi kesejahteraan orang lain. Daging hewan kurban yang dibagikan kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan mengandung pesan solidaritas dan kepedulian sosial.

Ini adalah bentuk nyata dari rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan dan sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama manusia.

Keempat, kurban juga mengingatkan kita pada pentingnya kesabaran dan keteguhan hati dalam menghadapi ujian kehidupan. Nabi Ismail dengan rela hati menerima perintah untuk dikurbankan, menunjukkan tingkat keimanan dan keteguhan hati yang luar biasa.

Ini memberikan pelajaran berharga bahwa dalam setiap ujian yang kita hadapi, kita harus tetap bersabar dan percaya bahwa ada hikmah besar di balik setiap kejadian.

Dalam konteks modern, nilai-nilai hikmah qurban sangat berkaitan dengan tantangan zaman sekarang. Di tengah dunia yang semakin materialistis, dengan berqurban, mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam keserakahan dan egoisme. Semangat berkurban mendorong kita untuk selalu ingat berbagi dengan mereka yang kurang beruntung dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan spiritual.

Kelima, kurban membantu Kaum Dhuafa dan mempererat Ukhuwah Islamiyah Salah satu keindahan ibadah kurban adalah manfaatnya yang langsung dirasakan oleh masyarakat, terutama mereka yang kurang beruntung.

Daging kurban didistribusikan kepada kaum dhuafa, memberikan kesempatan bagi mereka untuk menikmati hidangan yang mungkin jarang mereka dapatkan.

Saat daging dibagikan, menumbuhkan solidaritas antar sesama. Tidak ada perbedaan antara yang memberi dan yang menerima, semua merasakan keberkahan dari ibadah ini.

Mengapa Kita Harus Berkurban?

Kurban mengandung makna spiritual yang dalam, mengajarkan nilai-nilai ketaatan, ketulusan, dan kepedulian. Ibadah kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga tentang menyemai nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Dari setiap hewan yang dikurbankan, terdapat pelajaran tentang ketakwaan, kepedulian sosial, dan keikhlasan dalam berbagi.

Ada beberapa alasan penting yang menganjurkan mengapa kita harus  berkurban, antara lain:

1.  Dengan berkurban  kita dapat menyucikan diri. Kurban adalah bentuk pengorbanan yang mengajarkan ketulusan dalam berbagi. Dengan menyisihkan sebagian harta untuk membeli hewan kurban, kita belajar melepaskan keterikatan duniawi dan membersihkan hati dari sifat kikir.Ibadah ini menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan, karena kita menjalankannya semata-mata demi  mendapatkan ridha Allah;

2.  Dengan berkurban sebagai wujud Rasa Syukur kepada Allah SWT. Rezeki yang kita miliki adalah anugerah dari Allah. Berkurban menjadi wujud nyata rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan. Dengan berkurban, kita tidak hanya mengungkapkan rasa terima kasih, tetapi juga berbagi kebahagiaan dengan orang lain, terutama mereka yang kurang mampu dan atau hidupnya kurang beruntung;

3. Dengan berkurban sebagai Penebus Dosa. Salah satu keutamaan kurban adalah sebagai bentuk pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, setiap tetes darah hewan kurban memiliki nilai ibadah yang besar.Berkurban menjadi amalan yang mendekatkan diri kepada Allah serta memberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan.

4. Dengan berkurban dapat menghilangkan sifat-sifat buruk manusia. Kurban melatih manusia untuk menghilangkan sifat-sifat buruk seperti tamak, rakus, kikir, sombong, dan sebagainya. Melalui kurban, manusia mau membagikan sebagian harta yang dimilikinya kepada orang lain karena pada dasarnya harta yang dimilikinya adalah titipan Allah, bukan semata-mata hasil kerja kerasnya. Dan, sebenarnya harta yang dinikmatinya jauh lebih banyak daripada harta yang dibagikan kepada orang lain.

Harta yang dikurbankan akan mendapatkan keberkahan, dan Allah telah menjamin akan menggantinya dengan pahala yang berlipat ganda. Pahala daging, darah, dan bulu hewan yang dikurbankan akan terus mengalir bagi orang yang berkurban. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berkurban

5. Dengan berkurban dapat menumbuhkan sifat rela berkorban. Orang yang berkurban adalah simbol orang yang rela berkorban untuk orang lain. Dia mengorbankan harta yang dimiliki dan dicintainya semata-mata karena Allah. Tidak sedikit orang yang mampu kurban tetapi hatinya belum tergerak untuk berkurban. Hal ini disebabkan karena rasa cintanya yang berlebihan kepada harta yang dimilikinya, padahal harta tersebut pada hakikatnya adalah titipan dari Allah SWT.

Orang yang berkurban adalah cerminan dari seorang manusia yang mampu mengalahkan ego pribadinya untuk kepentingan orang lain. Orang yang berkurban adalah orang yang senang berbagi kebahagiaan kepada orang lain. Baginya, hakikat kebahagiaan adalah adalah jika mampu membahagiakan orang lain.

6. Dengan berkurban dapat meningkatkan solidaritas sosial. Kurban merupakan simbol solidaritas sosial, yaitu membantu sesama manusia. Daging kurban adalah berkah bagi orang yang tidak mampu. Bagi orang yang biasa makan daging, seonggok daging kurban mungkin tidak akan banyak berarti, tetapi bagi yang jarang makan daging, daging kurban merupakan menu yang istimewa, yang hanya dinikmati setahun sekali.

Mereka sangat senang ketika bisa menikmatinya. Oleh karena itu, demi mendapatkan daging kurban, banyak orang miskin yang rela antri berjam-jam, berdesak-desakkan, bahkan pingsan karena bagi mereka nilainya sangat berharga.

Kurban merupakan bentuk empati terhadap kesulitan dan penderitaan orang lain. Oleh karena itu, sifat tersebut perlu ditumbuhkembangkan bagi seluruh umat manusia dalam kehidupan masyarakat ditengah-tengah kondisi masyarakat yang semakin individualistis, hedonis, dan egois.

7. Dengan berkurban dapat meningkatan kualitas diri:. Ibadah kurban mengajarkan kita untuk berkorban, berempati, dan memiliki kesadaran diri yang lebih baik. Ini merupakan cikal bakal akhlak terpuji seorang Muslim, seperti membantu sesama dan menjauhi sifat-sifat tercela.

8. Dengan berkurban dapat menumbuhkan Solidaritas Sosial. Kurban mendorong semangat berbagi dan tolong-menolong antar anggota masyarakat. Daging kurban dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, sehingga mengurangi kesenjangan sosial dan menciptakan rasa kebersamaan.

9. Dengan berkurban dapat menjadi pengingat kehidupan Akhirat. Hewan kurban akan menjadi saksi amal ibadah di hari kiamat nanti, mengingatkan umat Islam untuk selalu menjaga keimanan dan amal baik dalam kehidupan sehari-hari.

10. Dengan berkurban dapat  Memaknai Hidup untuk mencapai Ridho Allah. Kurban mengingatkan kita untuk selalu mengutamakan perintah Allah SWT dan menjauhi sikap egois serta nafsu serakah. Dengan berkurban, kita diharapkan dapat mencapai ridha Allah dan memaknai hidup untuk kebaikan.

11. Dengan berkurban menjadi pembelajaran untuk bersedekah. Kurban menjadi sarana pembelajaran  untuk selalu ingat bersedekah di jalan Allah SWT.

12. Dengan berkurban dapat menghindari sifat serakah. Kurban membantu menghilangkan sifat egoisme dan nafsu serakah dalam diri seorang Muslim.

13. Dengan berkurban dapat menumbuhkan empati dan kesadaran diri. Ibadah kurban meningkatkan kualitas diri dan kesadaran untuk berbagi dengan sesama.

14. Menjadi Bekal di Akhirat. Hewan kurban menjadi saksi amal ibadah dan bekal untuk kehidupan di akhirat, dimana setiap helai bulu kurban adalah kebaikan

Dalam Islam, bahkan hal terkecil dalam ibadah kurban memiliki nilai kebaikan. Diriwayatkan bahwa setiap helai bulu dari hewan yang dikurbankan mengandung pahala.

Ini menunjukkan bahwa kurban bukan hanya sekadar ritual, tetapi sebuah investasi spiritual yang memberi manfaat jangka panjang bagi kehidupan dunia dan akhirat.

Ibadah kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga tentang menyemai nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Dari setiap hewan yang dikurbankan, terdapat pelajaran tentang ketakwaan, kepedulian sosial, dan keikhlasan dalam berbagi.

Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan, sekaligus mempererat tali ukhuwah dengan sesama. Saat daging kurban tersebar ke berbagai lapisan masyarakat, kebahagiaan pun ikut terbagi, menghilangkan batas antara yang memberi dan yang menerima.

Maka, marilah kita menjalankan ibadah kurban dengan kesadaran penuh dan hati yang ikhlas. Jadikan kurban sebagai wujud ketakwaan dan kepedulian, bukan hanya sebagai sebuah rutinitas tahunan. (*)

* Penulis adalah Komisaris Independen Bank Mandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button