KesehatanNasionalNewsNusantaraSulsel
Trending

Incinerator Sulsel Layani 281 Fasyankes di 15 Provinsi

Beroperasi dengan Izin Lengkap, Andi Sudirman: Jadi Percontohan dan Terbaik

MAKASSAR, NEWSURBAN.ID — Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) telah memberi bantuan incinerator Sulsel untuk pemusnahan limbah medis kepada kurang lebih 15 Provinsi mulai dari Sumatera sampai Papua. Namun, yang mampu beroperasi dengan perizinan yang sudah lengkap dan dengan operasi sekitar 20 jam/hari baru incenerator yang berada dalam pengoperasian UPT PLB3 Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Provinsi Sulsel.

Incenator ini telah mulai beroperasi maksimal sejak tahun 2021 dengan kemampuan membakar kurang lebih 400.000 Kg limbah medis. Selama tahun 2021, UPT Pengolahan Limbah B3 pada DPLH Sulsel telah melayani 281 fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), terdiri dari 54 rumah sakit, 43 klinik dan 184 puskesmas.

Baca Juga: Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Indonesia, Sulsel Tertinggi

Diketahui, pada Februari 2022 lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan berkunjung ke fasilitas layanan pada Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (UPT PLB3) pada Dinas DPLH Sulsel yang berada di kawasan Industri Makassar (KIMA). Dirinya menyebut ini merupakan satu-satunya milik Pemerintah Daerah yang sudah beroperasi secara maksimal di Indonesia. Ia pun takjub dan memuji dengan mengatakan “keren” sambil mengacungkan jempolnya.

Bahkan saat itu pula, dirinya juga mengaku agar dapat membantu dalam peningkatan kapasitas sekaligus menjadikan lokasi ini sebagai benchmark bagi daerah lain.

Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman menyatakan bahwa incenerator Sulsel menjadi yang terbaik di Indonesia. “Incenerator DPLH Sulsel menjadi terbaik dan percontohan di Indonesia ,” kata Andi Sudirman Sulaiman, Selasa, 26 April 2022.

Baca Juga: Garuda Indonesia Akan Buka Penerbangan Langsung Rute Makassar-Jeddah, Gubernur Sulsel: Alhamdulillah

“Incenerator ini juga di kunjungi oleh Pak Luhut. Satu-satunya bantuan pusat bersamaan yang sukses dan fungsional,” sebut Andi Sudirman.

UPT ini pun menjadi salah satu prioritas Andi Sudirman di tahun 2022 untuk penambahan kapasitas pemusnahan limbah B3 dengan target kapasitas 250 Kg/jam.

Kepala Dinas PLH Sulsel, Andi Hasbi menyebutkan, terkait incenerator bantuan tersebut di Provinsi lain belum ada yang lengkap perizinannya. Semua beroperasi karena adanya edaran dari Kemenko Marves yang memerintahkan semua incenerator yang ada.Baik yang sudah berizin maupun belum berizin agar di manfaatkan untuk membantu memusnahkan limbah Covid-19.

Demikian pula dengan pengoperasiannya. Incinetaror UPT PLB3 Sulsel telah beroperasi maksimal sekitar 20 jam sehari. Dengan teknik yang sesuai dengan aturan pemerintah dan sesuai dengan aturan keselamatan dan jam kerja.

Baca Juga: Sekda Gowa Harap Program Mandiri Benih Sulsel Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Di sisi lain dengan pengoperasian Incinerator Sulsel ini, Pemprov Sulsel selain terbantu dalam pemusnahan limbah medis yang terproduksi. Juga mendapat pemasukan PAD yaitu sekitar Rp6 miliar pada tahun 2021. Hal lain yang juga sangat penting dengan beroperasinya incenerator ini, telah membantu meringankan biaya operasional rumah sakit di Sulawesi Selatan. Bahkan seluruh Indonesia. “Pak Luhut bahkan minta ke direktur PLB3 Kementerian LHK untuk mengajak Provinsi lain belajar ke Sulsel,” sebutnya.

Sebelum beroperasinya incenerator Pemprov Sulsel, biaya yang di tanggung rumah sakit rata-rata Rp. 50 ribu/kg limbah medis. Namun, setelah di hitung secara teknis sebagai dasar penetapan tarif pemusnahan di incenerator Pemprov Sulsel hanya butuh sekitar Rp.25 ribu/kg dan akibat penetapan tersebut menyebabkan pelaku usaha incenerator secara nasional juga menurunkan tarifnya.

“Kunjungan Pak Luhut juga sebelumnya, ingin mengetahui, mengapa Sulsel bisa lebih baik-dibanding yang lain. Yang bisa-dikatakan belum beroperasi. Bahkan, ada di salah satu provinsi, beberapa bagian inceneratornya di ambil orang karena belum beroperasi,” ujarnya. (cr/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button