HukumInternasionalNews
Trending

Buntut Penembakan Massal di Texas, Biden Desak Kongres Setujui Reformasi Kepemilikan Senjata

JAKARTA, NEWSURBAN.ID — Pasca tragedi penembakan massal di Texas yang menewaskan 19 anak SD, Presiden AS Joe Biden bakal reformasi kepemilikan senjata. Penegasan reformasi kepemilikan senjata itu, ia tunjukkan dengan kembali mendesak Kongres untuk segera meloloskan Undang-Undang keamanan senjata.

Desakan itu, dia sampaikan setelah penembakan maut di SD Texas yang menewaskan 19 anak dan 2 orang dewasa pada Selasa (24/5).

“Kami tahu secara logika Undang-Undang senjata tidak dapat dan tidak akan mencegah semua tragedi. Namun, kami tahu, itu bekerja dan memiliki dampak positif,” kata Biden dalam cuitannya, Rabu (25/5).

Baca Juga: Inilah Pelaku Penembakan di Texas yang Menewaskan 19 Anak SD

“Ketika kami meloloskan larangan senjata senjata serbu, penembakan massal turun. Ketika Undang-Undang itu berakhir, penembakan massal jadi tiga kali lipat,” cuitnya.

Larangan senjata serbu yang dimaksud Joe Biden adalah aturan yang sesungguhnya sudah berlaku di California sejak 1989. Namun, seorang hakim federal AS membatalkan larangan tersebut setelah di gugat pada 2019.

Salah satu penggugatnya adalah James Miller, penduduk negara bagian sekaligus anggota San Diego County Gun Owners.

Baca Juga: Hollywood Berduka, Penembakan di Texas Tewaskan 19 Anak

Kala itu, Gubernur California Gavin Newsom menyebut pembatalan larangan senjata serbu menjadi ancaman langsung terhadap keselamatan publik. Dan menyebutnya sebagai “tamparan menjijikkan” bagi mereka yang kehilangan orang tercinta akibat kejahatan bersenjata.

Kini, kejahatan bersenjata kembali lagi. Insiden yang terjadi di SD Robb Texas merupakan penembakan ke-30 yang terjadi di sekolah dasar dan menegah Negeri Paman Sam selama 2022.

Sebanyak 38 insiden penembakan tercatat terjadi di sekolah dan universitas AS sejak awal 2022.

Baca Juga: Penembakan Massal di Meksiko, 11 Pengunjung Bar Tewas-Diberondong Peluru

Sementara itu, menurut Gun Violence Archive (GVA) total ada 212 insiden penembakan massal di AS sejak awal tahun ini hingga Selasa (24/5).

Itu berarti lebih banyak penembakan massal terjadi di AS ketimbang jumlah hari di 2022 yang terlewati. Hari Selasa, 24 Mei, merupakan hari ke-144 di 2022.

GVA mengartikan penembakan massal sebagai insiden penembakan yang melukai atau menewaskan 4 orang lebih, tidak termasuk pelaku.

Baca Juga: Penembakan di Swalayan New York, Sedikitnya 10 Orang Tewas

Dengan fakta tersebut, Biden berharap pejabat AS dapat terbuka hati dan matanya untuk mendukung pengetatan hukum kepemilikan senjata di Negeri Paman Sam.

Hukum kepemilikan senjata memang menjadi isu sengit di Kongres AS. Sebagian besar legislator, terutama kaum konservatif, masih banyak menganggap kepemilikan senjata merupakan bentuk kebebasan dalam demokrasi.

Meski begitu, hukum tersebut memberikan banyak konsekuensi bagi AS, terutama soal tingkat kriminalitas. (cr/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button