NewsSulteng

Karyawan Lokal Sebut Omongan Bupati Morut Soal Perlakuan TKA Cina di GNI Beda Fakta

MOROWALI UTARA, NEWSURBAN.ID Tenaga Kerja Indonesia menilai penjelasan Bupati Morowali Utara Delis Julkarson Hehi soal mes tenaga kerja asing asal Cina di smelter PT. Gunbuster Nickel Industry (GNI) tidak sesuai fakta. Bupati Delis menyebut Mes TKA Cina di GNI tak istimewa. Namun, bagi karyawan Indonesia, perusahaan memberi perlakuan berbeda.

Semisal tempat tinggal. Perusahaan menyiapkan Mes TKA Cina lebih spesial lengkap AC. Sementara karayawan Indonesia merasa dianaktirikan, tinggal di kost berdinding kayu tanpa fasilitas. Isu kesenjangan itu, mulai tempat tinggal, makanan, hingga gaji, menjadi satu pemicu bentrokan di kawasan smelter GNI.

Namun Delis Julkarson Hehi menjelaskan berbeda soal kesenjangan perlakuan antara TKI dan TKA Cina di GNI oleh karyawan lokal tidak sesuai fakta. Delis, saat itu berbicara sebagai narasumber pada salah satu program tvOne pascabentrok antarkaryawan GNI pada 14 Januari 2023 lalu.

Pada Indonesia Lawyers Club (ILC) bertema “Bom Waktu: Akhirnya Meledak di Morowali Utara” dengan pembandu Karni Ilyas, Jumat (20/1) Delis memberi penjelasan soal isu kesenjangan dua kelompok karyawan.

Delis menceritakan fakta di area smelter PT. GNI yang menelan korban jiwa. Namun, penjelasannya menuai kecaman. Karyawan Indonesia di GNI menilai omongan Bupati tak sesuai fakta di lapangan.

Karyawan lokal merasa makin tersisih. Tidak hanya di internal perusahaan, pejabat setempat pun terkesan berpihak pada salah satu kelompok kepentingan.

Bupati Morut mengklaim menyaksikan langsung betapa tersiksanya TKA Cina di GNI. Saat makan, TKA itu bergelantungan pada, sambil membawa bekal.

Usai jam kerja, wajib masuk mess tidak boleh berkeliaran di luar kawasan (smelter). Kamar TKA kata dia, hanya kontainer-kontainer. Kondisi apa adanya. Delis menegaskan di depan Karni Ilyas, kalau ada yang bilang bahwa TKA senang, kalau melihat kondsi lapangan, paling tersiksa.

Omongan Bupati Delis mengundang reaksi. Salah satu karyawan PT GNI menonton acara ILC itu mengaku kecewa atas penjelasan Bupati Morut. Kata dia, seharusnya seorang Bupati mengungkap fakta yang sebenarnya yang terjadi di PT GNI.

“Ucapannya (Bupagi Morut) di ILC, bohong semua. Mes TKA cukup mewah, lengkap dengan fasilitas seperti ACC, tempat tidur, dan WC dalam kamar. Sementara mes pekerja lokal hanya berdinding kayu, tidak memiliki fasilitas lainnya, dan WC-nya umum,” katanya.

Baca juga: Aksi Anarkis di Smelter GNI Dikecam Keras Bupati Morut

Ia mengungkapkan, yang paling tidak masuk akal dari penjelasan Bupati Delis adalah TKA bergelantungan saat makanan siang, sambil membawa bekal.

“Boleh kita tahu, tempat makan siang (Kantin) para tenaga kerja Cina cukup mewah. Pihak perusahan menyediakan berbagai fasilitas. Perusahaan sudah sediakan makan siang TKA. Sementara pekerja lokal, membawa bekal sendiri, dan makan di mana saja pada saat jam istirahat,” tegas karyawan lokal menarik nafas tinggi.

Stardust Estate Investment Idustrial Park PT GNI
Stardust Estate Investment Idustrial Park PT GNI

Ayah satu anak ini menjelaskan, boleh di kata tenaga kerja lokal cukup menderita. “Para tenaga kerja lokal jam istirahatnya pukul 12.00 dan kembali bekerja pukul 13.00. Artinya hanya satu jam saja. Sedangkan, tenaga kerja Cina mulai istirahat Pukul 11.00 dan kembali bekerja pukul 13.00 siang,” jelasnya.

“Kantin yang perusahaan sediakan yang dianggap cukup mewah itu. Tetapi tenaga kerja lokal tidak diisinkan untuk masuk karena ada security yang jaga. Kami hanya istirahat di wilayah devisi masing-masing sambil membawa bekal di rumah. Apakah itu adil?,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Gaji Karyawan PT GNI

Setelah adanya perusahan PT GNI biaya hidup makin mahal. Gaji karyawan lokal yang bekerja di sana, katanya hanya gali lubang tutup lubang. Hari ini terima gaji, besok sudah ludes.

Sementara, untuk tempat tinggal atau kost di sana rata-rata seharga Rp1,5 juta perbulan, biaya operasional Rp1 juta perbulan, untuk makan Rp2 juta dan serta lainnya Rp1,5 juta perbulan.

“Kalau gaji saya, hanya Rp3,1 perbulan. Kalau saya lembur, itupun kalau ada bisa dapat Rp5 juta per bulan. Gaji sebesar itu tidaklah cukup. Apalagi saya bawa anak dan istri di sini. Malah, kami kembali berutang di warung,” katanya.

Gaji sejumlah karyawan di PT GNI cukup bervariasi. Beberapa karyawan lokal lainnya di GNI kembali mengkritisi pernyataan Bupati Morut di ILC masalah kesejahteraan. Ia mengatakan gaji karyawan lokal di PT GNI itu, tidak ada Rp8 juta sampai Rp10 juta. Paling banyak hanya Rp6 juta saja. Itu pun, sudah terhitung lembur.

Baca juga: Mencekam! Karyawan Cina Vs Indonesia di GNI Sulteng Saling Serang

Masalah kesetaraan karyawan Lokal dan TKA Cina tidak sama. Bahkan katanya, karyawan Cina selalu mengejek atau mengeledek kami. Bahwa Gaji karyawan lokal cukup kecil, sementara TKA jauh lebih besar.

“Walaupun kami tidak tahu bahasanya, tapi kita mengerti apa yang disampaikan tenaga kerja Cina melalui bahasa isyarat kepada kami. Bahwa gaji kami lebih kecil, mereka lebih besar,” ungkapnya.

Untuk masalah absensi, bagi karyawan yang mau minta izin atau sakit tetap dapat sanksi. Caranya pemotongan gaji. Padahal, sudah ada kesepatan bersama bahwa tidak ada lagi pemotongan gaji.

Kondisi jalan menuju Smelter GNI dalam kondisi bergelombang dan berlubang
Jalan menuju Smelter GNI dalam kondisi bergelombang dan berlubang

“Bayangkan kita saja ambil surat keterangan sakit misalnya, di Puskesmas maupun di Klinik harus bayar seratus ribu sampai dua ratus ribu. Namun, surat itu tetap tidak berlaku. Jadi sia-sia saja ambil surat itu. Manajemen GNI tidak mengakui,” ucapnya.

Siapa Sebenarnya Provokator Bentrokan TKA dan Pekerja Lokal di GNI ?

Sebelum bentrokan pecah TKA Cina vs Indonesia, serikat buruh di sudah melakukan aksi unjuk rasa pada Desember 2022 lalu. Aksi itu sempat melakukan kesepatan antar Pihak perusahan. Namun nyatanya, tidak terlaksanakan sesuai kesepakatan oleh pihak manajemen PT GNI, hingga serikat buruh di Morowali Utara kembali melakukan aksi mogok kerja pada 14 Januari 2023, hingga menelan korban jiwa.

Aksi itu di mulai pada pukul 10.00 Wita, masih berjalan aman dan di kawal aparat kepolisian. Setelah Pukul 17:00 Wita, aksi demostran mulai memanas. Hal ini setelah pihak kepolisian melakukan penembakan gas air mata kepada unjuk rasa. Karena merasa tidak bisa membubarkan para pendemo. Demikian pengakuan salah satu karyawan yang menyaksikan kejadian itu.

Ia mengatakan, awalnya dia hanya melihat para pendemo di depan pintu empat (4) masuk ke dalam smelter GNI. Namun apa yang terjadi, tiba-tiba pihak kepolisian menembaki gas air mata kepada orang yang menonton aksi. “Dari situ mulai pecah, setelah pihak kepolisian menembaki gas air mata orang berkerumung hanya untuk menonton. Saling lempar batu terjadi,” ujarnya.

Masalah siapa provokatori para demo, itu tidak ada. Menurutnya, hanya bentuk kekesalan semua orang pecah, setelah kabar beredar bahwa pihak TKA Cina memukuli tenaga kerja lokal perempuan di dalam smelter.

Baca juga: Konflik TKA versus TKI di GNI Membuncah Buntut Akumulasi Masalah

Pada pukul 18:00 saling serang tak terhindarkan antarkaryawan TKA Cina dan lokal, hingga adanya pembakaran mess dan kendaraan di dalam smelter. “Sebenarnya, kalau saya melihat TKA Cina sudah jauh-jauh hari sudah menyiapkan diri. Karena setiap keluar dari mess-nya dia pasti pegang besi sepanjang satu meter dengan ujung besi sudah tajam. Dan ada juga membawa pisau,” ujarnya.

Karyawan TKA Cina dibekali Besi satu meter dengan ujung besi yang tajam
Karyawan TKA Cina dibekali besi satu meter dengan ujung besi yang tajam

Kalau isu disebarluasakn oleh Bupati Morut, bahwa ada karyawan lokal melakukan provokasi, itu tidak benar. “Pada dasarnya, kami berkerja sesuai aturan. Kalau kita buat masalah sedikit pun kepada TKA pastinya langsung dipecat. Karena kenapa? Rata-rata orang TKA Cina pengawas kami, pasti kami tidak melakukan semacam itu,” tuturnya.

Pascabentrokan itu, Kapolres Morowali Utara, AKBP Imam Wijayanto mengatakan dua orang meninggal dari TKA Cina bernama Qwierlong dan Samsul TKI berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel).

“Dua orang dinyatakan meninggal dan satu orang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Korondalle,” ujarnya. Dua orang meninggal itu, Imam mengakui dia meninggal karena adanya bentuk kekerasan. Untuk saat ini masih menunggu hasil otopsinnya kedua korban meninggal.

Dari 69 orang yang tertangkap, 17 orang jadi tersangka pascabentrok PT GNI. “Awalnya, kami menangkap 69 orang, tapi 17 orang dijadikan tersangka dan semua tenaga kerja lokal,” ujaranya.

Manajemen PT GNI Tak Akui Karyawannya

Lebih mengherankan pascabentrok karyawan PT GNI, Manajemen PT GNI, Muknis Basri Assegaf, tidak mengakui bahwa korban yang tewas berasal Sulsel bukan karyawan GNI.

“Bentrok di PT GNI dua orang meninggal dunia dari TKA Cina dan TKI Indonesia. Sedangkan TKI sendiri bukanlah karyawan dari PT GNI,” tegas diwawancarai newsurban.id usai gelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) di kantor DPRD Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat (20/01/2023).

Pada tanggal 16 Januari 2023, dalam Press Relese di website resmi GNI, mengaku Korban jiwa tersebut diketahui merupakan 1 (satu) warga negara Indonesia dan 1 (satu) warga negara Tiongkok. Keduanya, merupakan karyawan kontraktor GNI. “Kami, atas nama perusahaan, menyampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga korban,” ucapnya.

Beberapa korban yang dirawat di rumah sakit Korondalle, salah satunya TKI asal Medan bernama Hermanto Silotonga, tidak mendapatkan perhatian sekali oleh pihak PT GNI.

Baca juga: TKI Sulsel Tewas di Morut, Manajemen GNI: Bukan Karyawan Kami

Muknis kembali menyangkali bahwa korban yang luka-luka tidak lagi berkerja di PT GNI. “Satu orang mendapatkan perawat di rumah sakit Korondalle. Dulunya, karyawan GNI, bekerja selama setahun. Sekarang ini sudah tidak berkerja,” ucapnya.

Hermanto mendapatkan perawatan dalam kondisi parah. Ia mengalami patah kaki kanan, dua luka tusuk bagian peruk, patah pada rahang, dan pecah pada kepala.

Hermanto sendiri sudah dua tahun berkerja salah satu kontraktor yang ada di PT GNI. Pertama kali Hermanto ditemukan di mess di dalam area tambang PT GNI dengan kondisi tidak sadarkan diri.

Sekarang ini, Hermanto mengalami depresi berat setelah melihat dirinya tidak bisa melakukan apa-apa. Apalagi, BPJS Kesehatanya tidak aktif, ia mengira bahwa BPJS Kesehatan di tanggung oleh perusahan, ditambah gaji perbulannya selama bekerja di salah kontraktor PT GNI sering ada potongan gaji untuk BPJS Kesehatan.

“Kata pihak rumah sakit, korban berlaku umum. Karena BPJS-nya tidak aktif dari perusahan. Kami berencana mau lakukan donasi untuk biaya perawatan selama di rumah sakit,” ujar kerabat korban.

DPRD Morut Murka Atas Sikap Bupati

Sejumlah anggota DPRD murkah lantaran Bupati Morowali Utara, Delis Julkarson Hehi, tidak hadir rapat dengar pendapat (RDP), Jumat (20/1/2023). Salah Anggota dari ketua Fraksi Golkar, Warda Dg Mamala mengakui kejadian bentrok antarkaryawan GNI yang harus bertanggungjawab adalah Bupati Morut (Delis Julkarson Hehi).

“Kisruh yang terjadi selama ini antarkaryawan di PT. GNI yang menjadi kunci utama, ada pada Bupati,” tegasnya.

Warda mempertanyakan sifat Bupati Morut dengan PT GNI terkesan main mata. “Ada apa selama ini Bupati dengan PT GNI?. Bahkan statementnya beredar luas di media, kami juga pertanyakan, karena selama ini menjadi kegelisahan kami di DPRD ini,” tegasnya.

Salah Anggota dari ketua Fraksi Golkar, Warda Dg Mamala, Murkah Bupati Morut Tak Hadiri RDP DPRD
Ketua Fraksi Golkar, Warda Dg Mamala, Murkah Bupati Morut Tak Hadiri RDP DPRD

Warda lalu menilai pernyataan Bupati Delis itu, TKI lokal yang berkerja di GNI. Dia menangkap kesan pernyataan itu, pro dengan TKA asal Cina.

“Ketidak hadirannya hari ini kecurigaan kami makin besar atas tindakan Bupati Morut,” tegasnya.

Bahkan, Warda menuding Bupati Morut membesar-besarkan PT GNI salah satu investor asing punya kontribusi besar untuk daerah selama ini.

“Yang mana di maksud Bupati (Delis Julkarson). PT GNI banyak memberikan kontribusi besar kepada daerah. Baik secara peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan memberikan beasiswa kepada anak daerah. Semua itu omong kosong,” terangnya.

Warda pun mengancam, ketidakhadirannya Bupati Morut dalam RPD, sama halnya mencederai citra lembaga DPRD. “Kami semua fraksi akan keluar tapi dari rapat. Kalau bisa hadirkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun langsung mengaudit langsung Bupati Morut tentang PAD Morowali Utara,” tuturnya.

Baca juga: Bupati Morut Tak Hadir RDP, Dewan Murkah

Sementara, Wakil Ketua II DPRD Morut Muh. Safri menegaskan, ini cukup adanya kekacauan dengan bupati. Pernyataan itu, katanya cukup menyimpang dengan ucapannya selama ini. “Faktanya, semua itu tak seperti yang dia (Bupati) ucapkan selama ini,” ujarnya.

Menurut Safri bentrok antarkaryawan di PT. GNI adalah akumulasi sejumlah masalah yang ada di perusahaan smelter nikel itu.

“Semua itu masalahnya ada pada PT GNI yang tidak patuh tentang undang-undang. Bukan hanya pemenuhan hak karyawan harus terpenuhi, melainkan kewajibannya kepada negara dia tidak kerjakan. Itu menjadi problem buat kita, supaya Clear semuanya. Jangan hanya terkesan PT GNI ini adalah Perusahan cukup baik di Morut ini,” kesalnya.

Kekesalan Safri berlanjut, kepada Bupati Morut tentang peningkatan PAD dan beasiswa selama ini di berikan oleh PT GNI.

“Fakta apa, Semua itu nonsense (omong kosong) PAD itu tidak ada, apalagi beasiswa. Dengan begitu, kehadiran bupati di sini dapat memberikan pencerahan semua itu. Jangan hanya terkesan membangun opini sesat di mata masyarakat,” tegasnya.

Karyawan menemukan solongsong peluru yang berserakang di are Smelter PT GNI
Karyawan menemukan solongsong peluru yang berserakang di are Smelter PT GNI

Kabar beredar sekarang ini, baik di masyarakat Morowali Utara dan sejumlah karyawan PT GNI. Korban meninggal dunia baik itu TKI dan TKA sekitar puluhan orang. Adapula korban mengalami luka tembak bagian betis. Ini membuktikan adanya temuan solongsong peluru berserakan wilayah area tambang.

Bahkan, manajemen PT GNI di nilai cukup tertutup pascabentrok antarkaryawan di PT GNI. Sekarang ini korban dari TKA Cina belum mengetahui pasti berapa yang mengalami luka-luka dan mendapatkan perawatan di mana. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button