NewsPemilu 2024Politik

Coattail Effect Anies ke Partai Pengusung Belum Tampak

JAKARTA, NEWSURBAN.ID — Coattail Effect Anies Baswedan terhadap tiga partai pengusungnya belum tamapak. Padahal Anies Baswedan diumumkan Partai Nasdem sebagai Calon presiden tujuh bulan lalu disusul PKS dan Partai Demokrat.

Eks Gubernur DKI Jakarta itu, di usung tiga partai dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Namun, terhitung sudah 7 bulan sejak pencalonannya, Coattail Effect Anies terhadap partai pengusungnya belum tampak. Elektabilitas NasDem, Demokrat, maupun PKS justru menurun.

Survei terbaru Litbang Kompas pada Mei 2023 menunjukkan elektabilitas NasDem menurun jadi 6,3% dari hasil survei Januari 2023 sebesar 7,3%.

PKS dan Demokrat pun serupa dengan Nasdem. Pada hasil survei Januari 2023 lalu, Demokrat meraih 8,7 persen suara dan PKS 4,8 persen. Sementara pada survei periode 29 April-10 Mei 2023, Demokrat turun menjadi 8 persen dan PKS 3,8 persen. Litbang Kompas bahkan memprediksi PKS tak lolos ke parlemen di Pemilu 2024.

Baca Juga: Beri Masukan Cawapres untuk Anies, Amin Rais Inginkan Kawasan Timur

Sementara untuk elektabilitas Anies, dari seluruh simulasi Pilpres 2024 versi Litbang Kompas, Anies kalah dari dua bakal capres lainnya yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Anies duduk di posisi ketiga dengan perolehan 13,6 persen, Prabowo pada posisi pertama dengan 24,5 persen, dan Ganjar dengan 22,8 persen.

Dalam simulasi tiga capres, Anies pun tertinggal cukup jauh, ia hanya berhasil meraup 23,2 persen, sementara Prabowo 36,8 dan Ganjar teratas dengan 40 persen.

Menanggapi tren tersebut, Pengamat politik Universitas Padjadjaran Idil Akbar menilai Anies dan NasDem masih meraba formula komunikasi untuk merengkuh suara optimal di Pemilu 2024 nanti.

“Melihat bahwa mungkin banyak orang yang dukung Anies dan memberikan dampak positif atas elektabilitas partai. Tetapi di sisi lain Anies sendiri memang belum menemukan pola yang efektif untuk kemudian agar pengusungan dia sebagai capres itu memberikan elektabilitas terhadap partai,” kata Idil mengutip cnnindonesia.com, Rabu (24/5).

Baca Juga: IIC Rilis Survei Elektabilitas Capres di Sulsel, Prabowo 30.9%, Anies 21.8% dan Ganjar 11.6%

Menurut Idil narasi perubahan yang terus digaungkan oleh KPP baru sebatas narasi dan belum dalam bentuk konkret. Sehingga, ia menilai hal ini masih belum memberikan insentif elektoral yang signifikan terhadap kubu Anies.

“Ya ini kan jargon, kan konkretnya terkait perubahan kan belum ada, narasi-narasi soal perubahan yang konkret itu juga belum muncul,” tegasnya.

Di sisi lain, ia menilai sikap NasDem yang notabenenya merupakan partai koalisi pemerintah mengusung Anies justru membuatnya kurang mendapat perhatian dari publik.

Ia memprediksi NasDem mulanya memilih untuk mengusung Anies lantaran percaya akan menaikkan elektabilitasnya di Pemilu 2024. Namun, faktanya kini masih menunjukkan hal lain.

“Karena dianggap Anies representatif atas umat Islam, lalu kaum-kaum marjinal yang katakanlah teralienasi. Tapi kan dalam hal itu menurut saya, kondisinya adalah Anies itu belum menemukan strategi bagaimana NasDem ini bisa cukup signifikan elektabilitasnya,” kata dia.

Baca Juga: Elektabilitas Ganjar Teratas, Menyusul Anies, Prabowo Menurun

Lebih dalam, ia menduga masih lemahnya efek ekor jas dari Anies (Coattail Effect Anies) terhadap NasDem bukan berkaitan dengan Anies yang bukan kader NasDem.

“Ini bukan soal kader atau bukan, tapi soal seberapa kuat mereka bisa mengimplementasikan strategi politik untuk dapat atensi publik karena ketika orang melihat Anies. Harusnya mereka membayangkan Anies satu paket dengan partai pengusung tapi kan tidak. Hari ini di Anies itu belum di temukan karakter itu,” ucapnya.

Sementara itu, Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati punya pandangan lain. Ia menganggap masih lemahnya coattail effect Anies terhadap partai pengusung lantaran bukanlah kader partai.

Karena itu, orang yang condong memilih Anies nanti, tak secara otomatis juga akan mencoblos NasDem.

“Biasanya efek ekor jas itu ada hubungannya antara faktor kharisma dengan posisi personal di parpol bersangkutan,” kata Wasisto.

Baca Juga: Karier Politik Ganjar: Dari Kader Banteng Karanganyar ke Capres PDIP

Selain dari faktor afiliasi politik tersebut, faktor popularitas juga turut berpengaruh atas mandeknya elektabilitas Anies dan NasDem. Dalam survei-survei terakhir, Anies selalu berada di bawah dua bakal capres lainnya, Prabowo dan Ganjar. Sementara soal narasi perubahan yang di bawa oleh KPP. Menurutnya juga akan bergantung kepada segmen pemilih.

Menurut Wasisto, apabila yang di target ialah pemilih biasa. Maka mereka akan lebih realistis lantaran di anggap merasakan dampak dari kebijakan pemerintah hari ini. Sehingga, di nilai tak akan terlalu menghasilkan dampak elektoral yang menguntungkan.

“Namun, kalau yang di target adalah pemilih pemula, gagasan bisa menjadi faktor penarik,” ucapnya.

Di sisi lain, ia juga melihat sosok cawapres yang akan mendampingi Anies nanti. Juga tidak akan berpengaruh besar atas coattail effect itu. Menurutnya, efek ekor jas itu lebih-ditekankan pada ketokohan capres, bukan cawapres yang mendampinginya.

“Fungsi cawapres lebih pada menangkap segmen pemilih yang belum tercover oleh capresnya,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button