LUWU TIMUR, NEWSURBAN.ID — Rumah adat Wotu sudah dikerjakan 14 tahun lamanya, pekerjaannya masih mencapai 50 persen. Bangunan yang berukuran 20 M x 45 M yang dibangun di atas lahan seluas 40 M x 90 M itu, terlihat cukup memprihatikan.
Rumah adat Wotu terletak di Desa Arolipu, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, berapa kali dianggarankan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Luwu Timur.
Bangunan yang sudah menghabiskan dana kurang lebih Rp 2 miliaran rupiah itu, belum pernah di tempati atau dijadikan tempat pertemuan para pemangkut adat di Wotu. Namun kondisinya saat ini cukup miris dengan dinding sudah berlumut dan lapuk.
Hal ini membuat Pemuda Wotu, Suaib Laibe angkat bicara. Menurutnya, rumah adat Wotu merupakan bentuk identitas dan juga menjadi simbol kebesaran budaya Wotu.
Baca juga: Reses di Lanosi, Sejumlah Warga Curhat ke Heryanti Harun Soal Jalan Rusak
“Sayangnya, pembangunan rumah adat Wotu terbengkalai. Padahal, pembangunannya sudah di mulai dari sejak 14 tahun yang lalu,” ungkap Suaib, Senin (06/02/2023).
Dalam perancangan dan pembangunan rumah adat Wotu selalu melibatkan unsur budaya yang memperhatikan setiap detailnya. Kata Suaib, yang mana penerapannya berdasarkan kebiasaan orang Wotu yang mengandung nilai, makna, dan filosofi tertentu yang di wariskan oleh leluhur orang Wotu secara turun temurun.
“Namun apa yang terjadi sekarang ini sangat memiriskan. Rumah adat Wotu akan menjadikan bukti dan rekam jejak sejarah panjang dengan kebesaran Wotu di masa lampau. Tapi faktanya tidak terurus dengan baik,” terangnya.
Baca juga: Warga Keluhkan Jalan Nasional Ruas Burau Lutim, PUTR Sulsel Telah Usulkan ke Balai Jalan Nasional
Bahkan, kondisi rumah adat Wotu saat ini bagian atapnya mulai bocor dan lantainya yang terbuat dari kayu mulai di makan usia. Untungnya, lanjut Suaib, sekelompok pemuda yang tergabung dalam komunitas pegiat olahraga sepeda yang mau peduli.
Mereka memanfaatkan kolong Rumah Adat Wotu sebagai Base Camp. Sehingga keberadaan rumah adat Wotu ini nampak terawat.
“Jika tidak ada itu. Bisa-dikatakan seperti bangunan tua yang terselimuti rumput liar dan tempat saran ular,” katanya.
Anggota DPRD Luwu Timur Dapil Wotu-Burau Alami Gejala Pikun
Perencanaan pembangunan rumah adat Wotu berlanjut, sudah di usulkan dalam pembahasan RAPBD TA. 2020. Hal itu-disampaikan kunjungan kerja atau reses Anggota DPRD Luwu Timur Dapil Wotu-Burau pada oktober 2019 lalu.
Reses itu di ketuai langsung Sarkawi dan hadir pula anggota DPRD lainnya yakni, Alpian Alwi, Masrul Suara, Heriyanti Harun, Sunawar dan Badawi Alwi.
Namun, apa yang terjadi sudah tiga tahun berjalan belum juga ada terialisasi. Enam anggota DPRD dapil Wotu-Burau terkesan mengalami gejala lupa ingatan atau pikun.
Baca juga: Nakes di Luwu Timur Digugat Rp2 Miliar “Kita Berkerja Tim, Tapi Kami yang Menjadi Korban”
Sementara, Sarkawi mengatakan, tidak mengetahui langsung apa masalahnya hingga menjadi pembangunan rumah adat wotu itu terhambat.
“Saya tidak mengetahui persis masalah itu, nanti saya coba kasi nomornya di komisi 1 yang membidangi hal itu,” singkatnya saat di konfirmasi, Senin (06/02/2023).
Pada tahun 2019 lalu, Sarkawi mengatakan bahwa, kunjungan kerja anggota dewan ini melakukan dalam rangka menjaring aspirasi masyarakat terkait pelaksanaan pembangunan yang sedang dan akan terlaksanakan di tahun mendatang.
Baca juga: Oknum Dewan Aniaya Pegawai SPBU Diadukan di Badan Kehormatan DPRD Luwu Timur
“Pertemuan kita hari ini menunjukkan bahwa masih sangat besar ekpektasi masyarakat terhadap wakilnya di DPRD,” terang Sarkawi, lansir dari ritmee.co.
Terkait usulan masyarakat, lanjut dari partai Gerindra ini, pihak eksekutif mestinya lebih selektif untuk melihat kebutuhan masyarakat yang masuk skala prioritas, penting dan mendesak. Pasalnya, ada yang penting tapi tidak mendesak.
“Ini penting saya sampaikan supaya tidak timbul rasa ketidakpercayaan masyarakat kepada DPRD,” kata Sarkawi.
Menurutnya, Luwu Timur sangat kaya dari segi potensi alam di luar tambang yang hanya menyumbang kurang lebih Rp 300 miliar dari APBD Luwu Timur. Jika membandingkan dengan potensi pertanian, perikanan dan kelautan, sektor tambang sangat kecil. Sayangnya potensi ini belum di kelola secara maksimal.
Khusus di kecamatan Wotu, warga mengusulkan untuk perbaikan pembangunan rumah adat Wotu sebagai simbol budaya. Sementara di kecamatan Wotu, beberapa kepala desa yang memprotes karena tidak melihat alokasi anggaran di desa nya pada tahun 2020 mendatang. (*)