MAKASSAR, NEWSURBAN.ID — Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan meminta Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel segera bergerak melakukan penanganan dan antisipasi wabah African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika agar tidak menyebar ke daerah lain.
“Kami sudah sampaikan kepada dinas terkait agar segera menindaklanjuti adanya fenomena itu untuk secepatnya melakukan antisipasi secepatnya,” ujar Ketua Komisi B DPRD Sulsel Firmina Tallulembang di Makassar, Senin (15/5).
Menurut dia, dari laporan yang diterima, virus atau Flu Babi Afrika ini, sudah sampai ke beberapa wilayah termasuk Toraja. Walaupun angka kematian hewan babi belum signifikan, namun harus ada langkah pencegahan demi menekan penyebarannya.
“Sebenarnya virus ini sudah ada sejak tahun lalu. Kasus pertama,ditemukan itu di Kabupaten Gowa. Untuk itu, harus ada percepatan penanganan agar tidak terjadi penyebaran secara masif. Walaupun belum ada kasus menginfeksi manusia, tapi itu bisa menimbulkan banyak kematian hewan,” katanya menegaskan.
Pihaknya pun telah melaksanakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama pihak terkait untuk mencari akar permasalahan dan penyelesaian penanganan dalam kasus ini agar dapat mengantisipasi penularannya.
Baca Juga: Terpapar Virus Flu Babi Afrika, Ribuan Ekor Babi Mendadak Mati di Luwu Timur
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, drh. Nurlina Saking menyebutkan, dari hasil investigasi penularan virus tersebut dari wabah ASF atau Flu Babi Afrika. Kematian hewan babi terjadi sejak akhir 2022 sampai awal 2023. Virus ini bahkan sudah menyebar di tiga daerah di Kabupaten Gowa, Luwu Timur dan Luwu Utara.
Dari hasil investigasi tim, sejak Januari 2023, ada sekitar 4.000 ekor hewan babi mati di Kabupaten Gowa. Selanjutnya, di Kabupaten Luwu Timur sebanyak 1.336 ekor hewan ternak babi-diduga terinfeksi virus dengn gejala klinis diare.
“Kasus di Luwu Timur itu di laporkan pada Maret lalu sebanyak 1.374 hewan babi yang sakit, dan 1.336 lainnya mati. Dan untuk wilayah Luwu Utara pada April dari laporan diperkirakan sebanyak 4.529 ekor hewan babi,” ungkap dia.
Kematian hewan babi tersebut berdasarkan hasil uji klinis dan tanda-tanda sebelum mati mengalami sakit dan tidak nafsu makan. Demam, pendarahan di hidung dan telinga, sesak nafas, feces encer (beringus) berwarna coklat kehitaman bahkan feces bercampur darah bila kondisinya sudah parah.
Guna mengantisipasi penyebaran penyakit AFS tersebut, telah-dikeluarkan surat edaran Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No. 524.3/1262/Disnak-Keswan tanggal 7 Februari 2023 tentang peningkatan kewaspadaan terhadap penyakit.
“Tim kami terus berkoordinasi bergerak bersama dinas terkait dari pemerintah daerah yang terdampak. Tim megambil sampel, pengawasan lalulintas pengiriman hewan serta penyemprotan disinfektan secara berkala di lingkungan kandang,” paparnya.
“Termasuk segera memisahkan hewan sakit dan bangkainya ke tempat lain. Kita juga mengimbau masyarakat segera melaporkan bila menemukan hewan sakit dengan tanda klinis tadi ataupun mati secara mendadak,” katanya menekankan. (*)